Senin 10 Jan 2022 00:15 WIB

Pakar Israel Ungkap Mengapa Omicron tak Mematikan Seperti Delta

Pakar ingatkan potensi jutaan orang akan terinfeksi omicron.

Rep: Santi Sophia/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Para ahli mengingatkan potensi jutaan orang akan terinfeksi Covid-19 varian omicron. Prof Ron Balicer, Kepala panel ahli, membahas penyebaran cepat jenis Omicron dan pemecahan rekor morbiditas baru-baru ini dalam sebuah wawancara dengan Israel Hayom seperti dilansir Ahad (9/1/2022).

Menurut Balicer, tidak ada model prediksi seperti apa kondisi pada puncaknya nanti. Ada terlalu banyak faktor yang tidak diketahui untuk memprediksi kasus infeksi. “Tentang berapa jumlah orang yang terinfeksi akan mencapai puncaknya, dan perkiraan tanggal kita akan mencapainya. Akan ada jutaan terinfeksi, sehingga akan banyak juga yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius," kata Balicer.

Baca Juga

Dalam beberapa pekan terakhir, Balicer mengaku telah mengetahui bahwa Omicron muncul secara fundamental, berbeda dari strain sebelumnya. Perbedaan antara Omicron dan Delta lebih besar daripada antara Delta, Alpha, dan strain lainnya.

Varian ini memiliki mekanisme memasuki sel dengan berbeda. Omicron menginfeksi lebih banyak sel pernapasan bagian atas dan lebih sedikit paru-paru. Semua perbedaan ini pada tingkat sel mungkin membantu menjelaskan mengapa kekerasannya lebih rendah daripada Delta.

“Pada titik ini, jelas bagi kami dari data Inggris bahwa risiko rawat inap yang parah setidaknya 3 kali lebih rendah daripada Delta. Dan itu adalah kabar baik, tetapi karena lebih menular daripada Delta dan dapat menginfeksi orang yang pernah sakit di masa lalu dan orang yang telah divaksinasi, maka jumlah infeksi akan lebih besar dan jumlah akumulasi rawat inap juga mungkin lebih tinggi,” tambah slicer .

Itu sebabnya sistem perawatan kesehatan sedang mempersiapkan skenario terburuk. Para ahli masih belum tahu berapa tingkat infeksi yang akan terjadi, tetapi telah berkaca pada masa lalu soal kekebalan kelompok atau herd immunity.

Ahli sekarang melihat bahwa apa yang terjadi pada orang yang telah terinfeksi pada putaran sebelumnya adalah bahwa mereka saat ini rentan terhadap infeksi ulang. Sebab vaksin memberikan perlindungan tanpa menyerap risiko.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement