Ahad 09 Jan 2022 17:50 WIB

Muhammadiyah Bersiap Dirikan Sekolah Pengungsi Palestina di Beirut

Langkah ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk membangun perdamaian di bumi ini

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Gita Amanda
Muhammadiyah saat ini sedang membangun Madrasah Muhammadiyah di Kamp Pengungsian Palestina di Shatila, Beirut. (ilustrasi).
Foto: wikipedia
Muhammadiyah saat ini sedang membangun Madrasah Muhammadiyah di Kamp Pengungsian Palestina di Shatila, Beirut. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah saat ini sedang membangun Madrasah Muhammadiyah di Kamp Pengungsian Palestina di Shatila, Beirut. Melalui Lazismu, langkah ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk membangun perdamaian di bumi ini.

"Di Shatila, Muhammadiyah sudah memiliki Madrasah Muhammadiyah I. Kenapa di sebut sebagai Madrasah Muhammadiyah I? Karena Muhammadiyah sedang membeli sebuah gedung di Shatila juga, untuk nanti didirikan Madrasah Muhammadiyah kedua,” kata Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari, saat dihubungi Republika, Ahad (9/1/2022).

Baca Juga

Gedung tujuh lantai ini akan digunakan sebagai sekolah dan diberi nama Muhammadiyah Center for Education, Culture and Humanity. Madrasah Muhammadiyah II di Shatila ini rencananya akan diresmikan pada awal tahun 2022.

Muhammadiyah memahami, pendidikan merupakan kunci dari sebuah perdamaian. Karena itu, mereka kerap memberikan bantuan yang berkaitan dengan pendidikan di beberapa negara konflik.

Pendidikan sebagai sarana perdamaian yang percayai oleh LazisMu merupakan upaya memperbaiki tata nilai sumber daya manusia. Maka, melalui tasaruf zakat dengan skema beasiswa, diharapkan bisa membantu tersebarnya nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin, Islam tengahan, nilai Islam nusantara, serta nilai-nilai Islam berkemajuan.

Hajriyanto lantas berpesan kepada kader-kader Muhammadiyah untuk bisa berkiprah di luar negeri. Baik kader melalui jalur pengkaderan konvensional yang aktif di organisasi otonom Muhammadiyah, maupun kader melalui jalur pendidikan sama-sama memiliki peluang untuk aktif dan proaktif, serta mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

"Kader-kader Muhammadiyah melalui dua jalur tersebut memiliki peluang untuk berperan besar di kancah internasional. Oleh karena itu, kader Muhammadiyah perlu membenahi diri dan mengembangkan diri dengan meningkatkan berbahasa asing, terlebih Bahasa Inggris dan Arab," ujarnya.

Adapun derap Internasionalisasi Muhammadiyah dalam membangun peradaban global merupakan amanat dari hasil Muktamar ke 47 Muhammadiyah di Makassar. Tokoh-tokoh teras Muhammadiyah di bidang politik juga dipersiapkan dalam peran kebangsaan untuk mewakili perjuangan Indonesia di ranah internasional.

Pada era mutakhir, terutama sejak tahun 2000 setelah Muktamar di Jakarta, dimulailah secara khusus peran internasionalisasi Muhammadiyah.

Pertama dengan mengawali berdirinya PCIM Mesir dan PCIA Mesir pada era 2002-2003. Proses ini merupakan embrio dari lahirnya Cabang Istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah di berbagai negara lainnya. Adapun bantuan yang diberikan oleh Muhammadiyah melalui Lazismu beragam contohnya, Salah satunya, donasi atau sumbangan bagi Palestina, serta program beasiswa bagi pelajar di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement