Senin 10 Jan 2022 13:20 WIB

Rusia-AS Gelar Pertemuan Makan Malam demi Buka Perundingan Jenewa

Perundingan Jenewa antara AS dan Rusia diprediksi akan berjalan sulit

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Pasukan terjun payung Angkatan Darat Rusia berbaris selama latihan. Perundingan Jenewa antara AS dan Rusia diprediksi akan berjalan sulit. Ilustrasi.
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko,
Pasukan terjun payung Angkatan Darat Rusia berbaris selama latihan. Perundingan Jenewa antara AS dan Rusia diprediksi akan berjalan sulit. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Rusia memperkirakan perundingan dengan Amerika Serikat (AS) pada pekan ini akan berjalan "sulit". Prediksi ini disampaikan usai Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dan pejabat Rusia lainnya makan malam dengan Deputi Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dan timnya di Lake Geneva.

Makan malam tersebut digelar menjelang pertemuan antar kedua negara mengenai penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina. Pertemuan Ryabkov dan timnya dengan Sherman sebagai ketua delegasi AS dilakukan selama dua jam di kediaman Duta Besar AS untuk Konferensi Perlucutan Senjata.

Baca Juga

Makan malam itu adalah pembukaan dari diskusi yang lebih luas antara dua tim di Jenewa yang digelar awal pekan ini. Lalu puncaknya pertemuan virtual dan langsung antara pemerintah AS, sekutu-sekutu Barat mereka, dan pemimpin Rusia untuk membahas ketegangan yang dipicu meningkatnya tekanan Rusia pada Ukraina.

"Kami langsung ke inti masalah yang akan dibahas. Namun perundingan akan berjalan sulit, tidak akan bisa mudah, akan seperti bisnis. Saya pikir kami tidak akan membuang waktu," kata Ryabkov, Ahad (10/1/2022) kemarin.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan dalam makan malam itu Sherman menekankan komitmen AS pada prinsip-prinsip internasional mengenai kedaulatan, integritas wilayah, dan kebebasan bangsa untuk memilih sekutunya sendiri. Ia menyingung keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

"(Sherman) menegaskan Amerika Serikat akan menyambut dengan tulus kemajuan melalui diplomasi," kata Price dalam pernyataannya.

Perundingan ini akan dilihat sebagai langkah pertama untuk dialog yang memburuk setelah Rusia mengerahkan sekitar 100 ribu pasukannya ke sepanjang perbatasan Ukraina. AS dan negara-negara Barat lainnya khawatir langkah Rusia itu menjadi persiapan penyerangan skala besar ke negara tetangga.

Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengirimkan sejumlah daftar tuntutan ke AS dan Barat. Salah satunya jaminan dari NATO untuk tidak memperluas ekspansi ke Eropa Timur seperti Ukraina dan Georgia. Keduanya merupakan bekas wilayah Uni Soviet.

"Pihak Rusia datang ke sini dengan posisi yang jelas yang berisi sejumlah elemen, yang dalam pikiran saya, dapat dipahami dan diformalisasikan dengan sangat jelas, termasuk di level tertinggi, sehingga tidak mungkin menyimpang dari pendekatan kami," kata Ryabkov.

Ia ditanya apakah Rusia siap untuk berkompromi. "Amerika yang harusnya siap untuk berkompromi," jawabnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement