Senin 10 Jan 2022 16:00 WIB

Menlu AS: Putin Ingin Bangun Kembali Uni Soviet

Menlu AS menilai Rusia sedang mencari pengaruh untuk membangun kembali Uni Soviet

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Presiden Rusia Vladimir Put, kiri, dan Staf Umum Rusia Valery Gerasimov. Menlu AS menilai Rusia sedang mencari pengaruh untuk membangun kembali Uni Soviet. Ilustrasi.
Foto: AP/Sergei Guneyev/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Put, kiri, dan Staf Umum Rusia Valery Gerasimov. Menlu AS menilai Rusia sedang mencari pengaruh untuk membangun kembali Uni Soviet. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken menilai Presiden Rusia Vladimir Putin mempunyai keinginan untuk membangun kembali Uni Soviet. Hal itu dilakukan dengan cara mendapatkan lebih banyak pengaruh atas negara-negara bekas anggotanya.

“Saya pikir itu benar. Saya pikir itu salah satu tujuan Presiden Putin, dan itu adalah untuk menerapkan kembali lingkup pengaruh atas negara-negara yang sebelumnya adalah bagian dari Uni Soviet,” kata Blinken  saat diwawancara CNN dalam acara “State the Union”, Ahad (9/1/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Blinken menekankan AS menolak jika Rusia memiliki tujuan demikian. “Seperti yang telah kami katakan, itu tidak dapat diterima,” ujarnya.

Dalam acara itu, Blinken turut menyinggung tentang ketegangan di perbatasan Ukraina. Menurutnya, ada dua opsi untuk menyelesaikan masalah tersebut, yakni diplomasi dan konfrontasi. Rusia, kata dia, harus memilih satu di antara dua pilihan tersebut.

“Ada jalan dialog dan diplomasi untuk mencoba menyelesaikan beberapa perbedaan ini serta menghindari konfrontasi. Jalan lainnya adalah konfrontasi dan konsekuensi besar bagi Rusia jika ia memperbarui agresinya terhadap Ukraina. Kami akan menguji proposisi tentang jalan mana yang siap diambil Presiden Putin,” kata Blinken.

Situasi di perbatasan Ukraina-Rusia tengah dibekap ketegangan. Hal itu terjadi karena adanya pengerahan pasukan oleh Rusia. Moskow disebut hendak melancarkan serangan terhadap tetangganya yang dulu tergabung dalam Uni Soviet itu. Namun Kremlin telah membantah dugaan tersebut.

AS dan NATO telah menyatakan dukungannya kepada Ukraina. Mereka siap membela Kiev jika Moskow melancarkan agresi ke negara tersebut. Pada 2014, Moskow mencaplok dan menduduki Semenanjung Krimea. Tindakan tersebut diambil setelah mantan presiden Ukraina yang pro-Rusia, yakni Viktor Yanukovych, lengser. Dia digulingkan setelah rakyat Ukraina menggelar demonstrasi selama tiga bulan tanpa jeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement