Senin 10 Jan 2022 17:04 WIB

Analis Prediksi Kinerja ANTM akan Moncer pada 2022

Analis memperkirakan pendapatan ANTM di 2022 mencapai Rp 35 triliun

Gedung Perkantoran Aneka Tambang (Antam). Beberapa analis memprediksi kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mengalami kenaikan, hal ini tercermin dari kinerja perusaan yang sangat baik di 2021, sehingga tidak menutup kemungkinan pada 2022 pendapatan perusahaan akan naik lebih tinggi.
Foto: Tahta Aidila/Republika
Gedung Perkantoran Aneka Tambang (Antam). Beberapa analis memprediksi kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mengalami kenaikan, hal ini tercermin dari kinerja perusaan yang sangat baik di 2021, sehingga tidak menutup kemungkinan pada 2022 pendapatan perusahaan akan naik lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa analis memprediksi kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mengalami kenaikan, hal ini tercermin dari kinerja perusaan yang sangat baik di 2021, sehingga tidak menutup kemungkinan pada 2022 pendapatan perusahaan akan naik lebih tinggi.

“Pasalnya terdapat sejumlah faktor yang bisa mendorong kenaikan harga saham ANTAM di tahun 2022 ini.  Berkaca pada pendapatan perusahaan, dimana sepanjang 2021, pendapatan perusahaan naik diatas Rp 28 triliun. Pada tahun ini, pendapatan diperkirakan akan naik bisa mencapai Rp 35 triliun,” kata Analis Pasar GK Invest, Lukman Hakeem.

Keyakinan akan tingginya pendapatan ini, didasarkan atas potensi kenaikan sejumlah harga komoditi logam yang menjadi sumber pendapatan utama perusahaan. Ditahun 2022, harga komoditas logam diperkirakan masih akan positif meski dengan laju kenaikan yang beragam. 

Selain Emas, Nikel, Bauksit, Almunium, dan Perak berpotensi naik oleh kenaikan permintaan disaat suplai pasar yang masih tercekik. Sementara emas juga masih diyakini akan naik, meski juga ada potensi mendapatkan tekanan dari kemungkinan adanya koreksi harga yang berkelanjutan dari tahun 2021. 

“Nikel yang menjadi penyumbang kedua pendapatan utama ANTM di bawah Emas, diperkirakan akan cukup solid harganya di tahun ini. Harga berpeluang naik didorong oleh pemulihan ekonomi global, perkembangan teknologi baterai listrik, serta kebijakan pemerintah termasuk produsen Nikel lainnya seperti China dan Filipina,” lanjutnya.

Dia menambahkan, walaupun terdapat banyak prospek positif namun masyarakat dan investor tetap harus memerhatikan volatilitas harga logam dunia, khususnya Emas dan Nikel yang berpotensi menggerus target keuntungan perusahaan. 

“Para investor dan pelaku pasar harus mewaspadai penurunan harga yang terjadi pada harga Nikel akibat pelonggaran kebijakan ekspor dan penurunan harga emas akibat penguatan Dolar sebagai buntut rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat,” tegas Lukman.

Harga emas dunia saat ini pada kisaran 1.800 dolar AS dimana terdapat potensi koreksi jangka menengah. Rencana kenaikan suku bunga AS pada semester kedua tahun ini, akan menjadi sentiment negatif harga emas yang berpeluang menekan hingga ke kisaran harga 1.600 dolar AS.

Rencana pengurangan dan penghentian kebijakan moneter yang lunak lewat pembelian asset, bisa membuat harga emas turun lebih dini pada kisaran bulan Maret.

“Namun demikian, harga emas dunia juga menyimpan amunisi bagi kenaikan harga lebih lanjut, pada kisaran 1900 dolar AS hingga 2000 dolar AS, mengingat adanya kekhatiran investor terkait dengan inflasi yang tinggi, khususnya di AS. Laju inflasi yang meroket diatas perkiraan sebelumnya, menimbulkan ancaman gangguan pemulihan ekonomi AS dan dunia yang tengah berusaha bangkit dari pukulan wabah Covid-19 dalam dua tahun ini,” pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement