REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR RI Nety Prasetiyani menyoroti kenaikan harga bahan pokok seperti telur, minyak goreng, cabai rawit, bawang merah dan bawa putih di awal tahun. Menurut Netty kenaikan harga sejumlah bahan pokok yang rutin dikonsumsi masyarakat ini disebut akan berpengaruh pada tidak terpenuhinya gizi keluarga.
"Jika bahan-bahan pokok terus mengalami kenaikan dan tidak bisa dikendalikan, maka yang paling terdampak adalah masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat akan kesulitan menjangkau bahan pokok bergizi yang bisa memicu semakin parahnya kondisi stunting di Indonesia. Tahun 2021 saja angka stunting kita masih 24,4 persen yang berarti masih di atas ambang batas ketetapan WHO " kata Netty dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/1).
Bahkan, Netty menambahkan, harga telur di pasaran terpantau mahal. Padahal telur merupakan sumber protein yang bisa dibeli masyarakat dengan harga terjangkau.
"Jika telur saja sudah mahal, maka bagaimana lagi caranya masyarakat menengah ke bawah bisa memenuhi kebutuhan protein keluarga? Ayam, ikan atau bahkan daging tentunya jauh lebih mahal lagi harganya" ungkap Netty.
Netty berpendapat kenaikan harga bahan pokok juga sangat kontras dengan minimnya kenaikan upah minimum provinsi. Upah minimum tahun 2022 hanya naik sebesar 1,09 persen.
Selain itu Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini juga menyoroti aksi pemerintah yang menggelar operasi pasar guna membuat harga bahan pokok lebih stabil. Menurutnya operasi pasar saja tidak akan cukup dalam menstabilkan kembali harga bahan pokok.
"Apalagi operasi ini banyak digelar di luar pasar, sementara masyarakat lebih banyak berbelanja di dalam pasar. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah pencegahan terutama dengan memastikan keamanan suplai. Jangan hanya sekadar menggelar operasi pasar yang setelah itu tidak ada tindak lanjutnya lagi" ungkapnya.