Bus Low Deck yang Ramah Difabel
Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo melakukan uji coba bus low deck ramah difabel pada Selasa (11/1). | Foto: Republika/Binti Sholikah
REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo melakukan uji coba bus low deck ramah difabel pada Selasa (11/1). Bus medium pertama dengan bodi monocoque low deck tersebut diperkirakan menjadi yang pertama diuji coba di Indonesia.
Fasilitas bus tersebut hampir sama seperti bus low deck pada umumnya. Terdapat sejumlah kursi penumpang, satu kursi roda, dan layar untuk running text.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Solo, Hari Prihatno, mengatakan, operasional bus low deck tersebut dikhususnya bagi para penyandang disabilitas. Untuk tahap awal, baru ada satu bus yang akan beroperasi di jalur Batik Solo Trans (BST) Koridor 1 rute Terminal Kartasura sampai Terminal Palur. Saat ini, Dishub tengah mengurus perizinan operasional bus tersebut.
"Masih menunggu izin. Kemungkin sepekan atau tidak sampai satu bulan. Bisa untuk umum, tapi namanya uji coba memang yang kami utamakan difabel bisa uji coba," kata Hari kepada wartawan di kantor Dishub Solo seusai uji coba.
Hari menyebut, bus low deck monocoque tersebut diperkirakan yang pertama di Indonesia dan Solo mendapat kesempatan untuk uji coba. Terkait fasilitas yang ada untuk difabel, Hari menyatakan sudah sangat baik. Namun, Dishub membutuhkan masukan dan saran dari para difabel sehingga dilakukan uji coba tersebut. Sejumlah saran yang sudah diperoleh seperti, penambahan tempat untuk kursi roda. Saran lainnya terkait halte, agar taman di dekat halte sedikit diratakan supaya kursi roda bisa naik dari trotoar.
"Dari sisi kenyamanan itu sangat nyaman sekali. Kami berharap ini menjadi prototipe yang baku yang dipakai untuk difabel," imbuhnya.
Hari berharap, ke depannya ada satu atau dua bus low deck monocoque yang beroperasi di setiap koridor BST. Saat ini, sudah ada enam koridor BST yang dioperasikan. "Kalau memungkinkan kami minta ke Kemenhub dua unit per koridor," ucapnya.
Manajer Engineering PT Adi Putro selaku penyedia bus, Eko Widianto, mengatakan, melalui uji coba tersebut pihaknya ingin mendengarkan masukan dari para difabel supaya nantinya bisa lebih baik lagi.
"Misalnya lantai itu ada lipatan itu kan mengganggu yang naik, nanti ke depannya kita menggunakan hidrolis atau elektrik supaya aman," jelasnya.
Eko menambahkan, dengan sistem elektrik hidrolik nantinya ada trotoar khusus bagi pengguna kursi roda. Sebab, biasanya saat hujan terjadi genangan air di jalan yang menjadi kendala. "Waktu posisi keluar itu tangga daruratnya langsung menempel di trotoar 20 sentimeter, jadi itu harapan teman-teman difabel agar tidak ada trap-trap itu," paparnya.
Sementara itu, perwakilan Tim Advokasi Difabel, Hermin Yuni Astuti, menyatakan secara umum bus low deck monocoque tersebut sudah 80 persen memenuhi kebutuhan difabel. Sisanya, masih ada yang perlu diperbaiki seperti ruang memutar bagi pengguna kursi roda.
"Di pintu masuk kita harus putar balik itu butuh ruang agak longgar karena tadi agak sempit dan tidak rata. Jadi kena penumpang lain. Tapi kalau kenyamanan ini busnya sudah nyaman," ungkap Hermin.
Di samping itu, Hermin menilai kebutuhan difabel netra sudah terpenuhi dengan adanya arahan suara. Sedangkan kebutuhan difabel rungu sudah terpenuhi dengan adanya running text.
"Untuk anak-anak berkebutuhan khusus sama lansia mungkin masih butuh bantuan. Kalau usia produktif bisa sendiri," pungkasnya.