Selasa 11 Jan 2022 17:10 WIB

Tugas Selesai, Pasukan Aliansi Rusia akan Tinggalkan Kazakhstan

Situasi di Kazakhstan berangsur tenang usai dilanda gelombang kerusuhan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia ini, pasukan penjaga perdamaian Rusia menunggu untuk meninggalkan bandara Almaty setibanya mereka, Kazakhstan, Ahad, 9 Januari 2022.
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia ini, pasukan penjaga perdamaian Rusia menunggu untuk meninggalkan bandara Almaty setibanya mereka, Kazakhstan, Ahad, 9 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, NUR-SULTAN -- Pasukan keamanan dari Collective Security Treaty Organisation (CSTO), sebuah aliansi keamanan pimpinan Rusia, akan meninggalkan Kazakhstan secara bertahap dalam beberapa hari mendatang. Situasi di negara tersebut sudah berangsur tenang usai dilanda gelombang demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair.

“Misi utama pasukan penjaga perdamaian CSTO telah berhasil diselesaikan. Dalam dua hari, penarikan bertahap dari kontingen penjaga perdamaian CSTO akan dimulai,” kata Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pada Selasa (11/1/2022).

Baca Juga

Menurut dia, proses penarikan pasukan CSTO akan memakan waktu sekitar 10 hari. Sebanyak 2.000 tentara dikerahkan CSTO untuk membantu Kazakhstan menangani gelombang demonstrasi. Selain Rusia dan Kazakhstan, aliansi tersebut beranggotakan Belarus, Kirgistan, Armenia, dan Tajikistan.

Dalam pertemuan virtual CSTO yang digelar Senin (10/1/2022) lalu, Tokayev menggambarkan aksi protes di negaranya sebagai upaya kudeta. Selain aktor internal, dia pun meyakini terdapat pihak-pihak eksternal yang terlibat.

“Dengan kedok protes spontan, gelombang kerusuhan pecah. Menjadi jelas bahwa tujuan utamanya adalah untuk merusak tatanan konstitusional dan untuk merebut kekuasaan. Kami berbicara tentang upaya kudeta,” katanya.

Pada kesempatan itu, Tokayev turut menyampaikan terima kasih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. "Saya ingin menyampaikan kata-kata terima kasih khusus kepada Presiden Federasi Rusia Vladimir Vladimirovich Putin atas pengertiannya dan penyelesaian cepat masalah pengiriman kontingen penjaga perdamaian CSTO ke Kazakhstan. Dengan Anda, Vladimir Vladimirovich yang terhormat, kami telah telah berhubungan terus-menerus sejak hari-hari pertama serangan teror di negara kami," ucapnya.

Tokayev juga menyampaikan terima kasih kepada Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan. Sebab Armenia, sebagai ketua CSTO saat ini, memberi persetujuan cepat atas dokumen-dokumen yang diperlukan.

Demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair di Kazakhstan dimulai pada 2 Januari lalu di kota barat Zhanaozen. Unjuk rasa kemudian meluas ke kota-kota dan wilayah-wilayah lain di negara tersebut. Setidaknya 164 orang, termasuk di dalamnya dua anak-anak, dilaporkan tewas selama aksi protes berlangsung. Otoritas keamanan Kazakhstan juga menangkap setidaknya 10 ribu demonstran.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement