Selasa 11 Jan 2022 17:20 WIB

Kepala BRIN Ajak Generasi Muda untuk Jadi Periset

Kepala BRIN ungkap periset itu bukan dunia eksklusif dari ilmuwan

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko.  Laksana Tri Handoko, mengajak generasi muda agar mau jadi periset. Dia menyebutkan, untuk menjadi periset seseorang tidak harus menjadi ilmuwan. Sebab, kata dia, periset adalah perilaku seorang profesional untuk peka terhadap permasalahan yang ada dan kreatif dalan menemukan solusi.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko. Laksana Tri Handoko, mengajak generasi muda agar mau jadi periset. Dia menyebutkan, untuk menjadi periset seseorang tidak harus menjadi ilmuwan. Sebab, kata dia, periset adalah perilaku seorang profesional untuk peka terhadap permasalahan yang ada dan kreatif dalan menemukan solusi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, mengajak generasi muda agar mau jadi periset. Dia menyebutkan, untuk menjadi periset seseorang tidak harus menjadi ilmuwan. Sebab, kata dia, periset adalah perilaku seorang profesional untuk peka terhadap permasalahan yang ada dan kreatif dalan menemukan solusi.

“Periset itu adalah proses berpikir, berkreasi, peka, dan sensitif sehingga bisa menemukan masalah dan kemudian kreatif untuk mencari solusi atas masalah itu,” kata Handoko dilansir dari laman BRIN, Selasa (11/1).

Handoko mengungkapkan, periset itu bukan dunia eksklusif dari ilmuwan. Siapa pun, kata dia, bisa menjadi periset dan siapa pun boleh mempunyai paten. Karena itulah Handoko menginginkan generasi muda di Indonesia mau jadi periset di berbagai bidang.

"Karena periset itu perilaku profesional, bagaimana proses berpikir dan peka terhadap masalah, kemudian kreatif menemukan solusi. Dan itu akan jadi produk barang atau jasa kalau dia entrepreneur atau di dunia industri," kata dia.

Terkait riset mengenai penanganan Covid-19, Handoko mengatakan, BRIN masih tetap melanjutkan pengembangan vaksin Merah Putih dan juga layanan surveilans mutasi varian Covid-19 berbasis Whole Genome Sequencing.

Handoko mengaku prihatin dengan banyaknya informasi yang  beredar di media sosial, seperti informasi mengenai pandemi Covid-19. Di mana itu membuat masyarakat bebas beragumentasi sehingga muncul efek samping hilangnya kepakaran.

Namun, ia mencoba memandangnya dari sisi positif, keberadaan media sosial membuat masyarakat peduli dan teredukasi. Menurut dia, penting untuk mengembangkan literasi informasi yang menjadi bagian dalam proses literasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Saya yakin masyarakat kita semakin pintar. Yang terpenting adalah masyarakat bisa menerima, memilah, dan memahami informasi, itulah bagian dari proses literasi iptek,” tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement