Selasa 11 Jan 2022 18:26 WIB

Penyakit Paling Berbahaya Bukan Cuma Fisik, Ini Penjelasan Generasi Tabiin

Penyakit paling berbahaya adalah moralitas yang rusak

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Penyakit paling berbahaya adalah moralitas yang rusak. Ilustrasi moralitas
Foto: Republika/Thoudy Badai
Penyakit paling berbahaya adalah moralitas yang rusak. Ilustrasi moralitas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Generasi salaf dikenal dengan ketakwaan dan kesalehan yang luar biasa. Beberapa di antaranya dikenal sebagai ulama dan para ahli riyadhah atau olah spiritual. 

Di antara nama tabiin yang terkemuka itu adalah Ahnaf bin Qais. Dalam 'Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah' karya Syekh Muhammad Sa'id Mursi, terbitan Pustaka Al-Kautsar, disebutkan bahwa Ahnaf yang lahir di Basrah pada tahun 3 hijriah itu pernah memberikan nasihat ihwal penyakit yang paling berbahaya.

Baca Juga

Di hadapan khalayak umum, dia pernah berkata, "Maukah kalian aku beritahu tentang penyakit yang paling berbahaya?" "Ya," kata mereka. Lalu Ahnaf berkata, "Moralitas yang tercela dan tutur kata yang jorok." 

Ahnaf juga berpesan, "Tidak ada muru'ah bagi pendusta, tidak ada ketenangan bagi pendengki, tidak ada muslihat bagi orang yang kikir, tidak ada kemuliaan bagi orang tidak bermoral, dan tidak ada saudara bagi orang yang tidak sabar."

Dalam buku yang sama juga dipaparkan, suatu hari juga ada yang pernah mengejek dengan menyampaikan, "Dengan apa kamu berkuasa?" Dijawab oleh Ahnaf, "Dengan meninggalkan urusanmu yang tidak berguna bagiku, sebagaimana kamu meninggalkan urusanku yang tidak berguna bagimu."   

Siapa Ahnaf bin Qais? 

Nama lengkapnya Dhahhak bin Qais bin Muawiyah bin Hushain Al-Hurri As-Sa'di. Dia biasa dipanggil Abu Bahar namun populer dengan nama Ahnaf karena salah satu kakinya bengkok. 

Ahnaf seorang pemimpin Bani Tamim. Kelahirannya yaitu pada saat Nabi Muhammad masih hidup, tetapi dia tidak pernah bertemu beliau SAW. Ahnaf pernah bertemu dengan Umar bin Khattab saat Umar menjadi khalifah.

Ahnaf dikenal sebagai sosok pemimpin yang cerdik, memiliki kefasihan dalam bertutur, bijaksana dan pemberani. Dia gemar berpuasa, hingga suatu kali ada orang yang nyinyir kepada dirinya. 

"Anda sudah tua, bukankah puasa akan membuat kondisimu semakin lemah." Lalu dijawab oleh Ahnaf, "Aku menjadikannya sebagai bekal untuk menempuh perjalanan yang jauh."  

Ahnaf wafat pada 72 Hijriyah. Dan dia telah meriwayatkan hadits dari Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar Al-Ghifari, dan sahabat lainnya. (Umar Mukhtar)      

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement