Perlunya Deteksi Dini Anak yang Alami Pelecehan Seksual
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
kekerasan seksual marak | Foto: Mardiah
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Deteksi dini bagi anak yang menjadi korban pelecehan seksual penting untuk diketahui. Terutama bagi orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan anak, seperti halnya guru.
Hal ini dikatakan oleh psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, RA Yayi Suryo Prabandari, yang menyebut saat ini pelecehan seksual pada anak masih marak terjadi. Bahkan, tidak sedikit pelecehan seksual pada anak ini terjadi di dalam lingkungan keluarga itu sendiri.
"Perlu deteksi dini pada anak-anak (korban pelecehan seksual), terutama bagi yang belum mampu (takut) untuk melapor," kata Yayi kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon.
Yayi mengatakan, deteksi dini bagi anak korban pelecehan seksual khususnya bagi anak yang masih di bawah umur masih perlu disosialisasikan secara masif ke masyarakat. Pasalnya, masih banyak yang tidak peka saat anak sudah menjadi korban pelecehan seksual.
"Ahli maupun dari lembaga perlindungan anak harus memberikan sosialisasi terkait tanda-tanda anak yang kemungkinan atau diprediksi bahwa anak tersebut sudah mendapatkan gangguan (pelecehan seksual)," jelasnya.
Ia menyebut, ada beberapa ciri yang harus diketahui saat anak sudah menjadi korban namun tidak berani untuk melapor. Mulai dari anak yang menjadi pendiam, tidak mau bersosialisasi, hingga mengalami kesakitan di beberapa bagian tubuhnya.
"Dia menarik diri dan memandang dirinya tidak bagus, mungkin juga ada yang lari ke obat-obatan, ketakutan untuk pulang dan jadi lebih senang di sekolah. Ciri-ciri itu yang harus diketahui oleh orang tua dan guru kalau anaknya sekolah," ujar Yayi.
Selain itu, sistem dalam pelaporan maupun penanganan anak yang menjadi korban pelecehan seksual ini juga harus terbangun. Ia menegaskan, perlindungan bagi anak yang melaporkan tindakan pelecehan seksual juga harus terjamin.
"Bagaimana sistem itu bisa terbangun, kalau terjadi sesuatu kepada siapa (anak) harus melapor dan penanganannya seperti apa kalau setelah melapor. Dikuatkan sistemnya, sehingga kalau anak mendapat ancaman dia bisa segera lapor dan mendapat perlindungan," jelas Yayi.
Yayi juga menegaskan terkait pentingnya pendidikan seksual pada anak sejak dini. Pendidikan ini, katanya, juga sebagai bentuk antisipasi terjadinya pelecehan seksual pada anak.
"Harusnya (anak) diberikan (pendidikan seksual) karena itu sangat luas sebetulnya, tidak hanya berhubungan seksual. Misalnya pengenalan tubuhnya, siapa saja yang boleh memegang bagian tubuh tertentu, anak perempuan juga menyiapkan menstruasinya, juga soal kesehatan reproduksi misalnya. Kalau semakin ditutupi, anak semakin tidak tahu," tambahnya.