Selasa 11 Jan 2022 20:30 WIB

Pertama di Dunia: Transplantasi Jantung Babi ke Manusia

Transplantasi memakai organ hewan dikenal sebagai xenotransplantasi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Foto dari University of Maryland School of Medicine (UMSOM) memperlihatkan ahli bedah Muhammad M Mohiuddin MD (tengah) memimpin jalannya operasi transplantasi jantung babi pada pasiennya, David Bennett.
Foto: EPA
Foto dari University of Maryland School of Medicine (UMSOM) memperlihatkan ahli bedah Muhammad M Mohiuddin MD (tengah) memimpin jalannya operasi transplantasi jantung babi pada pasiennya, David Bennett.

REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Seorang pasien di rumah sakit Maryland, Amerika Serikat menjadi manusia pertama yang menjalani transplantasi dengan memakai jantung babi. Prosedur tersebut dilakukan untuk menyelamatkan nyawanya.

Menurut tim dokter pada Senin (10/1/2022), pasien dalam kondisi baik tiga hari setelah operasi yang sangat eksperimental ini. Hanya saja, masih terlalu dini untuk mengetahui keberhasilan operasi tersebut.

Baca Juga

Prosedur itu menandai upaya pencarian selama puluhan tahun mengenai kemungkinan menggunakan organ tubuh hewan untuk transplantasi yang menyelamatkan jiwa manusia. Dokter di University of Maryland Medical Center mengatakan, transplantasi pada pasiennya menunjukkan bahwa jantung dari hewan yang dimodifikasi secara genetik dapat berfungsi dalam tubuh manusia tanpa penolakan langsung.

Pasien transplantasi menggunakan jantung babi itu adalah David Bennett. Pria berusia 57 tahun tersebut mengtahui bahwa tidak ada jaminan percobaan akan berhasil. Namun, dia sekarat dan tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung manusia.

 

"Dia tidak punya pilihan lain," putra Bennett mengatakan kepada Associated Press, Selasa (11/1/2022).

 

Sehari sebelum operasi, Bennett memberikan pernyataan pada University of Maryland School of Medicine bahwa dirinya dihadapkan pada pilihan meninggal dunia atau menjalani transplantasi eksperimental ini. Bennett mengaku ingin hidup dan ini adalah pilihan terakhirnya.

 

Pada Senin (10/1/2022), Bennett dilaporkan mampu bernapas mandiri saat masih terhubung ke mesin jantung-paru untuk membantu jantung barunya. Beberapa pekan ke depan akan menjadi masa kritis karena Bennett mulai menjalani masa pemulihan dari operasi.

Kekurangan besar jumlah donor organ tubuh manusia untuk transplantasi mendorong para ilmuwan untuk mencoba mencari cara lain. Mereka menjajal kemungkinan untuk menggunakan organ hewan sebagai gantinya.

Tahun lalu, hanya ada sekitar 3.800 transplantasi jantung berlangsung di AS. Data itu dikumpulkan oleh United Network for Organ Sharing, lembaga memantau sistem transplantasi negara adidaya tersebut.

 

"Jika (transplantasi) ini berhasil, nantinya akan ada pasokan organ-organ yang tak ada habisnya untuk orang sakit," kata Direktur Ilmiah Program Transplantasi Organ Hewan ke Manusia di University of Maryland, Muhammad Mohiuddin.

 

Hanya saja, upaya transplantasi seperti ini, yaitu xenotransplantasi, sebelumnya telah gagal. Tubuh pasien dengan cepat menolak organ hewan tersebut.

 

Pada 1984 lalu, contohnya, Baby Fae yang sekarat hanya hidup selama 24 hari dengan hati babon. Perbedaannya dengan tindakan operasi kali adalah ahli bedah Maryland menggunakan jantung babi yang telah menjalani pengeditan genetik untuk menghilangkan gula dalam selnya, bagian ini bertanggung jawab atas penolakan organ yang sangat cepat tersebut.

 

Beberapa perusahaan bioteknologi sedang mengembangkan organ tubuh babi untuk transplantasi manusia. Jantung babi yang digunakan saat operasi pada Jumat pekan lalu berasal dari Revivicor, anak perusahaan United Therapeutics.

 

"Saya pikir Anda dapat menggolongkannya sebagai peristiwa yang menentukan," kata kepala petugas medis UNOS, mengenai transplantasi di Maryland, David Klassen.

 

Lebih lanjut, Klassen memperingatkan bahwa upaya ini hanya langkah tentatif pertama untuk mengeksplorasi kemungkinan keberhasilan xenotransplantasi. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) yang mengawasi eksperimen semacam ini mengizinkan operasi di bawah otorisasi darurat "penggunaan penuh kasih" yang ada ketika pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa tidak memiliki pilihan lain. 

 

"Sangat penting untuk membagikan data yang dikumpulkan dari transplantasi ini sebelum memperluasnya ke lebih banyak pasien," kata seorang peneliti di Hastings Center Karen Maschke yang membantu mengembangkan rekomendasi etika dan kebijakan untuk uji klinis pertama di bawah hibah dari National Institute of Health.

 

Menurut Maschke, tidak disarankan untuk tergesa melakukan transplantasi dari hewan ke manusia tanpa informasi memadai. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah beralih dari primata ke babi dan mengutak atik gen mereka.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement