REPUBLIKA.CO.ID WASHINGTON — Koordinator Amerika Serikat (AS) untuk Indo-Pasifik Kurt Campbell mengungkapkan, kawasan Pasifik memiliki potensi untuk mengalami “kejutan strategis”. Saat ini AS dan China dipandang tengah berebut pengaruh di wilayah tersebut.
“Jika Anda melihat dan jika Anda bertanya kepada saya, di mana tempat kita paling mungkin melihat kejutan strategis tertentu, mendasarkan pada jenis perjanjian atau pengaturan tertentu, mungkin di Pasifik,” kata Campbell kepada Washington’s Center for Strategic and International Studies, dikutip the Guardian, Selasa (11/1/2022).
Campbell mengatakan, AS memiliki kepentingan moral, strategis, dan sejarah yang sangat besar di Pasifik. Namun Washington memang belum berbuat cukup untuk membantu kawasan itu. Berbeda dengan Australia dan Selandia Baru.
Campbell memandang perkembangan di Indo-Pasifik sebagai isu yang paling dia khawatirkan dalam satu atau dua tahun ke depan. “Kami memiliki waktu yang sangat singkat, bekerja dengan mitra seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, seperti Prancis, yang memiliki kepentingan di Pasifik, untuk meningkatkan permainan kami secara menyeluruh,” ucapnya.
Ia menilai, AS dan sekutunya perlu berbuat lebih banyak di Pasifik, termasuk dalam penanganan pandemi Covid-19, masalah penangkapan ikan, serta investasi energi bersih. Meski tak mengungkap secara eksplisit perihal kekhawatirannya tentang situasi di Indo-Pasifik, tapi pemaparan Campbell dinilai mengarah kepada China.
Tahun lalu, sejumlah anggota parlemen Republik Kiribati di Pasifik telah mengungkapkan tentang rencana China membangun landasan terbang dan jembatan di salah satu pulau terpencilnya, sekitar 3.000 kilometer barat daya dari negara bagian Hawaii. Pembangunan di pulau kecil Kanton akan memberikan Beijing pijakan lebih jauh di wilayah yang secara tegas bersekutu dengan AS.
Kiribati, pada Mei tahun lalu, mengungkapkan, rencana yang didukung Cina adalah proyek non-militer. Tujuannya adalah meningkatkan jaringan transportasi dan meningkatkan pariwisata.
Pada September tahun lalu, AS, Inggris, dan Australia telah membentuk aliansi bernama AUKUS. Aliansi itu dipandang sebagai upaya ketiga negara untuk menandingi Bejing di Pasifik.