Rabu 12 Jan 2022 05:00 WIB

WHO: Terlalu Dini Anggap Covid-19 Seperti Flu Saat Omicron Menyebar

Menurut WHO, Covid-19 belum bisa diperlakukan seperti penyakit flu biasa

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Pembeli yang mengenakan masker wajah untuk melindungi diri dari COVID-19 berjalan di sepanjang Grand Bouvard di Paris, Senin, 20 Desember 2021. Menurut WHO, Covid-19 belum bisa diperlakukan seperti penyakit flu biasa.
Foto: AP/Michel Euler
Pembeli yang mengenakan masker wajah untuk melindungi diri dari COVID-19 berjalan di sepanjang Grand Bouvard di Paris, Senin, 20 Desember 2021. Menurut WHO, Covid-19 belum bisa diperlakukan seperti penyakit flu biasa.

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (11/1/2022) mengatakan Covid-19 varian Omicron bakal menginfeksi lebih dari separuh warga Eropa. Akan tetapi sebaiknya jangan dulu dianggap sebagai penyakit endemis seperti flu.

Eropa mencatat lebih dari tujuh juta kasus baru pada pekan pertama 2022, dua kali lipat lebih dari periode dua pekan, kata direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge saat konferensi pers. "Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan lebih dari 50 persen populasi di kawasan tersebut akan terinfeksi Omicron dalam 6-8 pekan ke depan," kata Kluge merujuk pada pusat penelitian di Universitas Washington.

Baca Juga

Sebanyak 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah melaporkan kasus varian yang lebih menular tersebut, katanya. Namun, muncul bukti bahwa Omicron memengaruhi saluran pernapasan atas ketimbang paru-paru sehingga menyebabkan gejala yang lebih ringan dari varian sebelumnya. Kendati demikian, WHO memperingatkan lebih banyak studi diperlukan untuk membuktikan hal tersebut.

Pada Senin, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan mungkin sudah saatnya untuk mengubah cara melacak evolusi Covid-19 daripada menggunakan metode serupa untuk flu, sebab tingkat kematiannya sudah menurun. Itu artinya akan memperlakukan virus seperti penyakit endemi, bukan pandemi, tanpa mencatat kasus dan tanpa memeriksa setiap orang yang bergejala.

Namun menurut pejabat kedaruratan senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, langkah itu masih terlalu jauh. Menurutnya, endemisitas menghendaki penularan yang stabil dan dapat diprediksi. "Kita masih mempunyai segudang ketidakpastian dan satu virus yang berkembang dengan pesat, yang menghadirkan tantangan baru. Kita tentu saja tidak berada pada titik di mana kita dapat menyebutnya endemi," kata Smallwood.

"Pada waktunya nanti bisa saja menjadi endemi, tapi menetapkannya (terjadi) pada 2022 agak sulit di tahap ini," tegasnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement