Rabu 12 Jan 2022 12:47 WIB

Kegemparan Pelaporan Ubedilah Badrun, Statement Megawati, dan Ujian Taring Firli Bahuri

Megawati: lebih sulit melawan kejahatan dari bangsa sendiri daripada bangsa asing

Red: Muhammad Subarkah
Soekarno berpidato di Romusha bernomor lengan 970 di Bayah, Banten.
Foto: google.com
Soekarno berpidato di Romusha bernomor lengan 970 di Bayah, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Syahganda Nainggolan, Aktivis Politik.

Hari-hari ini di awal tahun  2022 adalah hari-hari menggemparkan. Ubeidilah Badrun, tokoh mahasiswa '98, melaporkan anak-anak Presiden Jokowi ke KPK. Laporan itu memuat klaim data adanya "abuse of power" yang dilakukan anak-anak presiden dengan melindungi PT. SM, perusahan pembalak hutan di Sumatera Selatan, dari perkara hukumnya. Ini terkait juga dengan adanya kecurigaan asal  modal  anak-anak Jokowi yang terungkap di publik, ketika mereka membeli saham sebuah perusahan Frozen Food senilai Rp. 92 Milyar, November lalu. Uang darimana?

Kegemparan awal tahun ini terkait korupsi, juga datang dari statemen Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP, tanggal 11 Januari kemarin,  dalam rakernas PDIP ke-49 di Jakarta. Megawati mengatakan adanya penguasa yang merampok atau memperkaya diri diantara penderitaan rakyat di masa pandemi dan atas nama pandemi.

Penguasa perampok itu benalu, kata Mega. Benalu adalah istilah buruk sekali. Menyetir pidato Bung Karno yang terkenal, Megawati mengatakan bahwa lebih sulit melawan kejahatan dari bangsa sendiri daripada bangsa asing. Untuk itu Megawati meminta seluruh anak bangsa menghancurkan benalu dalam kekuasaan yang ada saat ini.

Tindakan Ubeidilah dan pernyataan Megawati ini telah menghiasi berbagai media nasional. Isu korupsi, "abuse of power" dan benalu kekuasaan telah menjadi sentral isu. Dan itu perlu diperhatikan serius sebagai pesan kuat bagi terbentuknya sebuah tatanan sosial yang pro pada rakyat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement