Kamis 13 Jan 2022 06:51 WIB

WHO Sebut Terlalu Dini Anggap Covid-19 Seperti Endemik Flu

Eropa telah mendeteksi 7 juta kasus Covid-19, naik dua kali lipat dalam dua pekan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Logo dan gedung kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss
Foto: EPA-EFE/MARTIAL TREZZINI
Logo dan gedung kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss

REPUBLIKA.CO.ID, COPENHAGEN -- Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) mengatakan virus corona varian Omicron sudah menginfeksi hampir setengah populasi Eropa. Tapi masih terlalu dini untuk memperlakukannya seperti endemik flu.

Direktur WHO Eropa Hans Kluge mengatakan pada pekan pertama 2022 Eropa mendeteksi lebih dari 7 juta kasus, naik dua kali lipat dalam periode dua pekan.

Baca Juga

"Pada tingkat ini, Institut untuk Evaluasi dan Metrik Kesehatan memprediksi lebih dari 50 persen populasi di kawasan akan terinfeksi dengan Omicron dalam 6 hingga 8 pekan kedepan," kata Kluge menyebut pusat penelitian University of Washington, Selasa (11/1/2022) kemarin.

Kluge mengatakan 50 dari 53 negara Eropa dan Asia Tengah sudah mencatat kasus infeksi varian Omicron yang sangat menular. Tapi terdapat bukti Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas bukan paru-paru sehingga menimbulkan gejala yang lebih ringan dibanding varian-varian sebelumnya.

Namun, WHO memperingatkan masih banyak penelitian masih perlu dibuktikan. Pada Senin (10/1/2022) Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan sudah waktunya untuk mengubah cara melacak evolusi Covid-19 dengan menggunakan metode yang sama dengan flu karena ancaman kematian sudah menurun.

Artinya memperlakukan virus corona sebagai penyakit endemik bukan pandemi. Tidak perlu mencatat setiap kasus setiap hari dan tidak perlu mengetes orang-orang yang memiliki gejala.

Baca: Temukan 2 Kasus Omicron, China Kurung 20 Juta Orang dengan Lockdown 3 Kota

Namun, pejabat tinggi bidang kedaruratan WHO untuk Eropa Catherine Smallwood mengatakan endemisitas membutuhkan transmisi yang stabil dan dapat diprediksi.

"Kami masih memiliki begitu banyak ketidakpastian dan virus berkembang dengan cepat, memberikan tantangan baru, kami jelas belum ke titik di mana kami dapat menyebutnya endemik," kata Smallwood dalam konferensi pers.

"Mungkin akan menjadi endemik pada waktunya, tapi pada tahap ini menetapkannya pada tahun 2022 akan sedikit sulit," tambahnya. 

Baca: Kucurkan Rp 4,4 Triliun, AS: Kami Tetap Jadi Donor Tunggal Terbesar di Afghanistan

Baca: Udara Beku Kutub Utara Sapu Wilayah Timur Laut AS, Suhunya Menusuk Kulit

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement