Menjawab Kebutuhan Anak untuk Menghadapi PTM Penuh
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Praktisi Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI), Kak Slam memberikan motivasi kepada para peserta didik SDN Wringinputih 01, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang dengan dongeng fable, Rabu (12/1). Kegiatan ini digelar sekolah setempat untuk memotivasi para peserta didik dalam menghadapi PTM penuh di sekolah. | Foto: Republika/bowo pribadi
REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi pembelajaran tatap muka (PTM) penuh, tidak hanya jaminan keamanan melalui sarana prasarana (sarpras) pendukung protokol kesehatan yang memadai.
Para peserta didik rupanya juga membutuhkan dukungan motivasi guna dalam membiasakan diri dengan lingkungan layanan pendidikan yang mau tidak mau harus berdampingan dengan pandemi.
Terlebih dalan setahun terakhir, layanan pendidikan yang mereka dapatkan telah mengalami perubahan pola, dengan lebih banyak melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan beragam persoalannya.
“Inilah yang mendasari kami untuk mengembalikan kepercayaan anak-anak dalam menghadapi PTM penuh, dengan menghadirkan pegiat dongeng anak,” ungkap Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Wringin Putih 01, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumilah, Rabu (12/1).
Menurutnya, motivasi peserta didik untuk mengikuti PTM penuh harus ditumbuhkan dan dibangun kembali, setelah sekian lama mereka melaksanakan proses belajar jarak jauh dari rumah masing- masing.
Tentu, untuk menghadapi PTM penuh tidak serta-merta para peserta didik jenjang sekolah dasar bisa langsung menyesuaikan. “Apalagi, anak-anak ini harus membiasakan diri dengan tata laksana pendidikan yang menerapkan protokol kesehatan ketat,” jelasnya.
Di SDN Wringinputih 01 sendiri, PTM penuh masih harus dilakukan secara bertahap. PTM penuh dimulai dari jumlah peserta didik memang masuk semua pada pekan pertama pelaksanaannya.
Sementara jam pelajaran atau waktu kegiatan di lingkungan sekolah masih terbatas. “Secara bertahap jam waktu kegiatan di sekolah akan ditambah seiring dengan kenyamanan anak-anak mengikuti tatalaksana pendidikan di masa pandemi,” lanjutnya.
Di luar upaya itu, masih kata Jumilah, sekolah juga terus memberikan motivasi kepada para peserta didik dengan menciptakan suasana gembira di lingkungan belajarnya. Salah satunya dengan menghadirkan dongeng anak.
Tujuannya untuk memberikan hiburan segar sekaligus untuk memotivasi dan menyemangati peserta didik. Misalnya, bagaimana mengajak anak rajin mencuci tangan atau tidak melepas masker selama berada di lingkungan sekolah namun tetap dalam suasana yang gembira.
“Sehingga anak-anak tetap bersemangat dan mereka juga tidak akan merasa terpaksa untuk melaksanakan semua itu, karena suasana hati mereka tetap senang,” tegasnya.
Sementara itu, pedongeng anak, Slamet Ruliyanto menambahkan, dalam kesempatan ini ia membawakan dongeng fabel (dongeng dengan tokoh cerita binatang) untuk memotivasi para peserta didik SDN Wringinputih 01.
Menurut pria yang akrab dipanggil Kak Slam ini, dalam memotivasi para peserta didik menyelipkan pesan-pesan bagaimana agar anak tetap memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti PTM penuh di sekolah melalui pemahaman yang mudah diterima anak.
Karena melalui dongeng bisa diselipkan nilai-nilai hidup, pesan moral, hikmah, bahkan beragam hal positif lainnya. Maka menurutnya dongeng masih sangat relevan untuk memberikan pemahaman dan menumbuhkan semangat kepada anak- anak.
Khususnya anak-anak kekinian yang selama ini jauh lebih akrab dengan gadget, game, dan produk kemajuan teknologi digital lainnya. Maka, ia pun sepakat dengan kepala SDN Wringinputih 01 agar orang tua juga mulai membiasakan kembali cara-cara memotivasi anak dengan dongeng, selama para peserta didik berada di lingkungan keluarga.
“Sehingga ada kesinambungan bagaimana sekolah memotivasi para peserta didik dengan orang tua memberikan dukungan semangat selama anak berada di rumah,” tegas aktivis Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI) ini.