REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan untuk meningkatkan kekuatan militer strategis. Hal ini diungkapkan Kim setelah dia secara resmi menghadiri peluncuran rudal untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.
Kantor berita KCNA melaporkan, Kim mendesak para ilmuwan militer mempercepat upaya untuk membangun kekuatan militer strategis. Kim juga meminta para ilmuwan militer untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, daan memodernisasi pasukan.
Pada Selasa (11/1/2022) pihak berwenang di Korea Selatan dan Jepang mendeteksi peluncuran rudal oleh Korea Utara. Uji coba kedua rudal hipersonik dalam waktu kurang dari seminggu menggarisbawahi komitmen Kim untuk memperkuat militer dengan teknologi mutakhir. Seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS, Ankit Panda, mengatakan kehadiran Kim dalam uji coba rudal menunjukkan perhatian khusus pada program tersebut.
"Kehadirannya di sini akan menyiratkan perhatian khusus pada program ini," ujar Ankit Panda.
Surat kabar partai yang berkuasa Rodong Sinmun menerbitkan foto-foto Kim yang menghadiri peluncuran rudal di halaman depannya. Kepala Eksekutif Korea Risk Group Chad O'Carroll mengatakan, kehadiran Kim dalam uji coba rudal tersebut menunjukkan dia tidak khawatir dengan kecaman Amerika Serikat (AS).
"Itu berarti Kim tidak khawatir secara pribadi (dengan) tes teknologi baru yang besar. Dan tidak peduli bagaimana AS melihat ini," ujar O'Carroll.
Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang semua uji coba rudal balistik dan nuklir Korea Utara. PBB telah menjatuhkan sanksi atas program tersebut. Pembicaraan denuklirisasi antara AS dan Korea Utara telah terhenti.
Pyongyang mengatakan mereka terbuka untuk diplomasi jika Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan kebijakan bermusuhan seperti sanksi atau latihan militer. Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland menyebut peluncuran itu berbahaya dan tidak stabil.
"Ini jelas membawa kita ke arah yang salah. Seperti yang Anda ketahui, Amerika Serikat telah mengatakan bahwa kami terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara, bahwa kami terbuka untuk berbicara tentang Covid-19, dan dukungan kemanusiaan, tapi sebaliknya mereka malah menembakkan rudal," kata Nuland.
Uni Eropa menyebut uji coba peluncuran rudal terbaru Korea Utara sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional. Uni Eropa meminta Pyongyang untuk melanjutkan diplomasi.