Rabu 12 Jan 2022 15:03 WIB

Ekonom UI: Lewat Bank Muamalat, BPKH Bisa Perkuat Portofolio Dana Haji

Kepala PEBS UI menyebut alih saham Muamalat jadi strategi jitu BPKH

Karyawan melayani nasabah di kantor pusat Bank Muamalat, Jakarta, Jumat (19/11). PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memiliki pemegang saham pengendali baru setelah proses hibah saham pada Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). BPKH telah menerima hibah saham dari Islamic Development Bank, Bank Boubyan, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDB Investment Foundation, dan BMF Holdings Limited.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan melayani nasabah di kantor pusat Bank Muamalat, Jakarta, Jumat (19/11). PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memiliki pemegang saham pengendali baru setelah proses hibah saham pada Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). BPKH telah menerima hibah saham dari Islamic Development Bank, Bank Boubyan, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDB Investment Foundation, dan BMF Holdings Limited.Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang menambah modal disetor senilai Rp 1 triliun sehingga menguasai sekitar 82,7 persen saham PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)  mendapat respons positif dari sejumlah kalangan. Apalagi kemudian akan dilanjutkan dengan tambahan modal penyerta dalam bentuk instrumen subordinasi Rp 2 triliun.

Bagi beberapa kalangan bank syariah pertama tersebut mempunyai nilai historis bagi perkembangan keuangan syariah di Indonesia. Saat awal pendirian Bank Muamalat, modal disetornya menggunakan dana jamaah haji. 

Jika saat ini BPKH mengambil alih saham mayoritas Bank Muamalat, ini menjadi salah satu bentuk strategi jitu BPKH untuk mengembangkan dana jamaah haji yang pernah menjadi modal disetor dan hingga kini masih menjadi sumber dana pihak ketiga bank tersebut. Pandangan tersebut diungkapkan Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) Universitas Indonesia, Rahmatina Awaliah Kasri.

“Bahkan saat krisis ekonomi 1998, Bank Muamalat merupakan salah satu bank yang reliance. Ketika banyak bank menjadi pasien BPPN (Badan Penyelamatan Perbankan Nasional), kinerja Bank Muamalat malah bagus. Posisi non performing financing (NPF) hanya 1,5 persen,” katanya.

Ada sejumlah manfaat yang diperoleh BPKH dalam membeli saham mayoritas BMI, tambah Rahmatina. Pertama, aksi korporasi tersebut memperkuat brand perbankan syariah nasional di tengah gempuran bank digital dan konvesional. Kedua, BPKH dapat memanfaatkan jaringan perbankan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Ketiga, layanan digital yang dapat diandalkan. Selain itu, Baitul Maal dan kegiatan sosialnya juga berjalan sustain untuk memberikan manfaat bagi umat. 

Rahmatina menilai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja BMI dalam beberapa tahun terakhir adalah mismanajemen. Sebelum BPKH masuk, banyaknya investor asing sebagai pemegang saham BMI diduga tidak mendukung corporate culture. “Investor asing lebih menghendaki profit oriented. Kehati-hatian yang sudah dibangun, dikompromikan dengan harapan meraih keuntungan yang lebih besar,” ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement