Saat Legenda Kuliner Jadah Tempe Yogya Tutup Usia
Rep: My40/My41/ Red: Fernan Rahadi
Upacara Pemakaman Sudimah Wiro Sartono alias Mbah Carik di rumah duka di Kaliurang Selatan, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem., Rabu (12/1) | Foto: Salsabilla Amiyard
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabar duka datang dari legenda kuliner Jadah Tempe Mbah Carik. Sudimah Wiro Sartono yang merupakan penerus generasi kedua dari bisnis tersebut, yang biasa dikenal Mbah Carik, tutup usia pada hari Selasa (11/1) pukul 18.00 WIB. Pemakaman dilaksanakan pada hari Rabu (12/1) pukul 11.00 WIB di Makam Mayang Sekar, Kaliurang Timur, Hargobinangun, Pakem, Sleman.
Rumah duka dipenuhi oleh para pelayat sejak pagi hari. Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, turut menghadiri upacara pemakaman, sekaligus menjadi perwakilan para pelayat untuk memberikan sambutan. Sementara itu, pambagyaharja dari perwakilan keluarga disampaikan oleh Aji Wulantara, pegawai pemerintah Kabupaten Sleman.
Karjo (85 tahun), tetangga sekitar rumah duka mengungkapkan penyebab meninggalnya Mbah Carik ini dikarenakan usianya yang sudah tua dan sering sering sakit. "Anggenipun mboten medal kesah, sampun dangu sanget. Nggih setahunan sampun mboten nate medal amargi gerah (Dia sudah lama tidak pergi, sudah lama sekali. Kira-kira setahunan sudah tidak pergi karena sakit-Red)," kata Karjo.
Lurah Hargobinangun, Pakem, Sleman, Amin Sarjito, mengatakan Mbah Carik meninggal pada usia 92 tahun. "Ya gerah sepuh (sakit tua-Red) karena sudah 92 tahun. Sudah agak lama sakit-sakitan," kata Amin. Amin sendiri mengenang Mbah Carik sebagai orang yang baik dan dermawan. Mbah Carik juga telah menjadi legenda di Hargobinangun karena telah dikenal luas di Indonesia.
"Beliau sebagai orang yang baik. Tokoh masyarakat. Dermawan pada tetangga, pada sanak familinya, warga masyarakat," kata Amin.
Untuk diketahui, Jadah Tempe Mbah Carik sangat terkenal dan hanya ada di sekitar lereng Gunung Merapi atau areal wisata Kaliurang. Jadah Tempe Mbah Carik ini juga memiliki sejarah panjang. Awalnya, Jadah Tempe adalah makanan biasa saja bagi orang desa. Pada tahun 1950-an jadah tempe ini diperkenalkan pertama kali oleh Sastro Dinomo atau yang sering disapa Mbah Carik.
Makanan tersebut kemudian menjadi terkenal ketika Sri Sultan Hamengkubuwono IX mencoba mencicipi jadah tempe. Beliau kemudian sering mengutus pengawalnya untuk membeli jadah tempe ke Kaliurang. Sejak saat itulah makanan jadah tempe menjadi terkenal dan menjadi makanan khas Yogyakarta khususnya di Kaliurang hingga saat ini.