Kamis 13 Jan 2022 06:01 WIB

Fenomena Peningkatan Paparan Radikalisme Terhadap Wanita

Sekoper Cinta, program mengedukasi kaum perempuan  membahas deteksi radikalisme.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar.
Foto: Istimewa
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Saat ini, ada peningkatan paparan paham radikalisme dan terorisme terhadap ibu atau kaum wanita. Fenomena ini, harus ditindaklanjuti dengan serius. Salah satunya menyebarluaskan narasi mengenai nilai bangsa di berbagai kanal informasi.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar pun mengapresiasi salah satu program Pemprov Jabar bernama Sekoper Cinta. Program ini untuk mengedukasi kaum perempuan yang salah satu kurikulumnya membahas deteksi radikalisme.

Program tersebut, kata dia, bisa dikolaborasikan dengan program yang dimiliki BNPT. Termasuk menyusun konten kreatif menjunjung nilai kebangsaan untuk dikonsumsi masyarakat. Secara tidak langsung, konten tersebut menjadi counter narasi yang menjurus pada perpecahan hingga menguatkan potensi terorisme.

Kontra narasi tadi termasuk (konten kreatif yang harus dikolaborasi), program Sekoper Cinta kepada ibu-ibu juga bagus. Fenomena ibu-ibu atau kaum wanita terpapar radikalisme di dunia ini mengalami peningkatan. 

"Apalagi bisa dilihat adanya wanita bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri,” ujar Boy usai menggelar pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (12/1). 

Menurut Boy, kontra narasi yang nantinya akan diunggah, broadcast di Sosmed. Itu, salah satu solusinya. "Jadi langkah penutupan akun yang sifatnya radikal, terorisme itu kita berkoodinasi dengna kominfo. Itu secara berkesinambungan,” katanya.

Boy mengingatkan, bahwa dunia maya sudah diatur oleh hukum termuat dalam UU nomer 19 tahun 2016 sebagai revisi dari UU 11 tahun 2008. “Ini perlu kita galakkan terlebih dahulu edukasi agar masyarakat lebih bagus ketertiban sosialnya di dunia maya,” katanya. 

 

photo
Situs yang menyerukan radikalisme. Ilustrasi - (AP)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement