Kamis 13 Jan 2022 05:55 WIB

Mualaf Erik Riyanto, Kalimat Tahlil yang Getarkan Hati Sang Pemurtad

Mualaf Erik Riyanto tersentuh dengan makna kalimat tahlil

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Erik Riyanto. Mualaf Erik Riyanto tersentuh dengan makna kalimat tahlil
Foto: Dok Istimewa
Erik Riyanto. Mualaf Erik Riyanto tersentuh dengan makna kalimat tahlil

REPUBLIKA.CO.ID, —Jangan heran apabila ada orang-orang yang dahulunya amat membenci Islam justru kemudian memeluk agama ini. Sebab, mereka telah menjadi manusia yang dipilih Allah SWT untuk merasakan manisnya iman. Salah seorang dari sekian banyak insan terpilih itu ialah Erik Riyanto.

Lelaki kelahiran Bandung, Jawa Barat, itu sebelum menjadi Muslim aktif sebagai penyebar syiar agama non-Islam. Salah satu misi utamanya ialah menjadikan sebanyak mungkin orang Islam keluar dari agamanya. Dalam memurtadkan orang, dirinya tidak kenal lelah.

Baca Juga

"Empat orang telah saya murtadkan, termasuk istri saya sendiri. Tiga lainnya adalah dua pria dan (seorang) wanita asal Soreang," tutur Erik Riyanto dalam siaran Mualaf Channel, yang disaksikan Harian Republika via Youtube beberapa waktu lalu.

Pria yang kini berusia 30 tahun itu sebenarnya tidak begitu jauh dari Islam sejak semula. Sebab, ke luarga besar dari pihak ayahnya merupakan Muslim. Bahkan, bapaknya itu tumbuh besar sebagai seorang pemeluk Islam.

Perubahan terjadi sejak sang ayah menikah. Perempuan yang dinikahinya itu memeluk non- Islam. Setelah berkeluarga, pasangan suami-istri itu bekerja di sebuah lembaga syiar agama non- Islam. Lama-kelamaan, bapak kandung Erik tersebut lantas murtad.

Bagaimanapun, Erik mengatakan, pernah suatu ketika ayahnya itu mengungkapkan isi hati. Ternyata, dalam sanubarinya masih tertanam keyakinan Islam.

Kadang kala, sang ayah melaksanakan sholat lima waktu secara sembunyi-sem bunyi. Kalau Erik mengingat-ingat lagi kejadian itu, rasanya ingin kembali ke masa lalu.

Membimbing ayahnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat kala sedang menghadapi sakaratul maut. Mengajak lelaki yang telah membesarkannya itu agar secara terang-terangan mengakui keislamannya.

Namun, kini penyesalan itu sudah lewat. Belajar dari masa silam, Erik pun bertekad untuk sebaik-baiknya menjadi Muslim yang taat dan bertakwa, sekuat tenaga. "Tidak akan disia-sia kannya hidayah dari Allah SWT. Berbeda dengan saat ini, dahulu saya sangat membenci Islam, katanya.

Dia menuturkan, salah satu peristiwa yang membangkitkan antipatinya terhadap agama yang dipeluk mayoritas orang Indonesia ini. Dahulu, pernah suatu hari dirinya mengganti knalpot mobilnya dengan jenis balap (racing).

Alhasil, suara yang dihasilkan kendaraannya itu lebih bising, apalagi bila kakinya menginjak habis pedal gas. Saat itu, Jumat siang. Banyak warga di lingkungan tempat tinggalnya berangkat ke masjid.

Sumber: Saat Tentara Salib Hancurkan Masjid Hingga Gereja di Alexandria Mesir

Dengan sengaja, Erik mengendarai mobilnya dengan kencang. Sesampainya di dekat area masjid tersebut, dia mengegas berkali-kali sehingga memunculkan suara yang sangat berisik.

Mulanya, dia menduga bahwa orang-orang dari tempat ibadah itu akan keluar dan menghampirinya dengan wajah beringas, penuh amarah. Memang, sejak dari rumah dirinya sudah berniat untuk memancing emosi Muslimin yang sholat Jumat di sana. Karena itu, Erik sudah siap mental.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement