Kamis 13 Jan 2022 12:52 WIB

Spesies Invasif Menemukan Rumah Baru di Antartika

Antartika adalah lokasi terisolasi, namun aktivitas manusia memicu spesies invasif.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Jutaan kepiting raksasa menginvasi Antartika. (ilustrasi)
Foto: www.dailymail.co.uk
Jutaan kepiting raksasa menginvasi Antartika. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah laporan yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) telah mengungkapkan bahwa pariwisata, perikanan, penelitian dan kapal pasokan yang menghubungkan Antartika ke pelabuhan di seluruh dunia memperkenalkan spesies invasif ke benua itu. Antartika merupakan rumah bagi 70 persen dari sumber air segar dunia tersebut.

Dalam laporan tersebut, PNAS menyebutkan bahwa Samudra Selatan di Antartika yang mendukung kehidupan biota unik tersebut mengalami perubahan biologis yang sangat besar oleh perubahan iklim. Ini dikombinasikan dengan peningkatan aktivitas seperti pengiriman, yang mengancam ekosistem saat ini karena spesies invasif menemukan rumah baru di antara perairannya.

Baca Juga

Sebelumnya, lima pelabuhan utama yang terhubung ke Antartika, diantaranya adalah Argentina, Chili, Afrika Selatan, Australia, dan Selandia Baru, telah dipantau untuk tujuan biosekuriti. Namun, pada 2014 hingga 2018, para peneliti mulai melihat 58 pelabuhan tambahan yang terkait dengan benua penting itu. 

Dilansir Sputnik, terdapat laporan bahwa sebanyak 1.581 pelabuhan diyakini terhubung baik langsung maupun tidak langsung ke Antartika. Beberapa spesies invasif yang mengancam ekosistem Antartika antara lain adalah kepiting pantai Eropa, teritip, remis, dan berbagai jenis alga.

“Untuk saat ini, tundra dilindungi oleh iklimnya yang ekstrem, tetapi perubahan iklim menciptakan kondisi di Antartika yang semakin layak huni bagi spesies invasif,” ujar David C. Aldridge, profesor dari Departemen Zoologi di Universitas Cambridge.

Peneliti dari University of Cambridge menemukan bukti dari data panggilan pelabuhan dan citra satelit yang menunjukkan kapal-kapal di Antartika sebagian besar berasal dari Amerika Selatan, Eropa utara, dan Pasifik Barat.

"Antartika adalah ekosistem terisolasi yang tidak akrab dengan spesies luar. Spesies aslinya telah terpisah selama 15-30 juta tahun sebelumnya,” kata Aldridge.

Aldridge  mengatakan hal ini dapat mengakibatkan kehancuran ekonomi untuk perikanan.

Sementara itu, para ilmuwan tidak meminta peraturan khusus yang diberlakukan mengenai kapal, serta langkah-langkah biosekuriti tambahan di pelabuhan pengiriman. 

Selain itu, para peneliti memperingatkan wisatawan yang ingin berkunjung untuk memastikan bahwa tidak ada organisme invasif yang dapat bertahan hidup di ekosistem yang keras yang diangkut ke Antartika melalui pakaian atau peralatan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement