REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Antonio Conte adalah pelatih sepak bola dengan riwayat kesuksesan bersama klub-klub yang pernah ditanganinya. Scudetto Serie A Italia pernah diraihnya bersama Juventus dan Inter Milan.
Trofi Liga Premier Inggris ia berikan ketika menjadi pelatih Chelsea. Kesuksesan Conte bersama klub-klub itu tak lepas dari dukungan skuad dan pemilik klub.
Menerima pekerjaan sebagai pelatih Tottenham Hotspur adalah pertaruhan bagi Conte. Pasalnya, the Lilywhite bukanlah klub seperti Chelsea, Juventus, dan Inter Milan yang memiliki DNA juara dengan reputasi besar di Eropa. Oleh karena itu, Conte membutuhkan skuad yang dalam agar bisa bersaing secara kompetitif dengan tim papan atas.
Tersingkirnya Tottenham dari Piala Carabao (Piala Liga) musim ini setelah kalah dari Chelsea dengan agregat 3-0 membuktikan Conte butuh investasi yang lebih serius. Keinginan dan ambisi Conte yang tinggi membuatnya menjadi pelatih yang banyak menuntut. Tak ada yang salah, mengingat rekor kemenangannya bersama Juventus, Chelsea, dan Inter Milan.
Conte mewarisi skuad pilihan Jose Mourinho dan Nuno Espirito Santo ketika proses negosiasi kontrak antara bos klub Daniel Levy dan direktur pelaksana Fabio Paratici berlangsung. Levy dan Paratici mungkin perlu mempertimbangkan untuk berinvestasi besar demi kesuksesan Conte.
Dikutip dari BBC, Kamis (13/1/2022), Conte jelas tak akan tinggal diam dan pasrah selama membesut Spurs. Tetapi, ia memiliki tugas berat agar bisa bersaing dengan Chelsea, Liverpool, dan Manchester City di pentas Liga Primer Inggris apalagi jika ingin meraih kesuksesan seperti klub-klub sebelumnya yang pernah ia tangani.
Tottenham dibiarkan jatuh ke jurang terlalu jauh usai tembus ke final Liga Champions pada 2019 di bawah asuhan Mauricio Pochettino. Sejak saat itu, sulit bagi pelatih berikutnya membawa tim tersebut bertahan di level atas. Piala Carabao yang mungkin akan menjadi batu loncatan Conte mempersembahkan gelar pertama untuk Tottenham harus hilang di tangan Chelsea.