Jumat 14 Jan 2022 09:09 WIB

Pariwisata 'InJourney' Bangkitkan Masa Depan Pariwisata Indonesia

"InJourney" berupaya untuk menyatukan infrastruktur sektor pariwisata di Tanah Air.

Red: Agus Yulianto
Sejumlah warga mencari dan mengumpulkan Nyale (cacing laut warna-warni) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun masyarakat Sasak Lombok dengan menangkap Nyale (cacing laut warna-warni) yang muncul sekali setahun di pantai selatan Lombok menjadi daya tarik pariwisata di Tanah Air..
Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Sejumlah warga mencari dan mengumpulkan Nyale (cacing laut warna-warni) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun masyarakat Sasak Lombok dengan menangkap Nyale (cacing laut warna-warni) yang muncul sekali setahun di pantai selatan Lombok menjadi daya tarik pariwisata di Tanah Air..

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Joko Widodo meluncurkan pembentukan induk perusahaan (holding) pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pariwisata bernama "InJourney". Menurut Presiden, penataan BUMN pariwisata ini adalah keharusan.

Mengapa? "Karena selama ini saya melihat BUMN dengan anak yang banyak, dengan cucu-cucu yang banyak, bergerak di sektor pariwisata dan pendukungnya yang jumlahnya juga sangat banyak, bergerak dari hulu sampai hilir," kata Presiden Jokowi pada Peluncuran InJourney Holding Pariwisata dan Pendukung di Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada Kamis (13/1/2022).

Menurut Jokowi, BUMN di sektor pariwisata tersebar mulai dari bisnis penerbangan, pelayanan bandara, hotel, atraksi, manajemen kawasan destinasi wisata, sampai ke retail. "Tapi yang kita lihat BUMN-BUMN beserta anak dan cucunya ini berjalan sendiri-sendiri, tidak terkonsolidasi, sehingga menjadi lemah, lemah, lemah, lemah," ungkap dia. 

Padahal, kata Jokowi, bila dikonsolidasikan dalam satu "holding", dapat menjadi suatu kekuatan besar."Karena kecil, kecil, kecil tadi berjalan sendiri-sendiri, tidak terintegrasi, tidak terhubung satu sama yang lain karena memang sudah memang jalan sendiri-sendiri. Belum lagi soal manajemen, pengelolaan manajemen yang kalah jauh, kalah jauh sekali dengan perusahaan-perusahaan swasta," ujarnya.

Menurut Presiden, BUMN di sektor pariwisata punya banyak aset bagus dengan lokasi-lokasi strategis berkelas premium. Sayangnya, hal itu tidak dikelola dengan manajemen yang baik.

"Oleh sebab itu, tadi disampaikan oleh Pak Menteri Erick, pada 2024 akan muncul aset, berapa? Rp 260-an triliun. Hati-hati saya catat," tegasnya.

"Sekali lagi, padahal asetnya bagus-bagus dengan lokasi-lokasi yang premium, yang strategis tapi karena tidak terkonsolidasi, tidak efisien, tidak kompetitif, bukan menjadi sebuah kekuatan yang besar, tidak menjadi kekuatan yang besar," ungkap Presiden.

Presiden Jokowi menyebut, sejak awal ia sudah bolak-balik menyampaikan agar BUMN-BUMN sektor pariwisata melakukan restrukturisasi, namun baru dilaksanakan saat ini. "Alhamdulillah hari ini, dengan membentuk holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, pengelolaan pariwisata kita akan Insya Allah akan bisa dilakukan secara efisien, terintegrasi dari hulu sampai hilir," ujarnya.

"Mulai penataan rute penerbangan, konten promosi, event, atraksi, kuliner, akomodasi sampai ke penjualan retail-retail suvenir dari para perajin-perajin kita yang tentu saja juga sudah terseleksi dengan baik," ujar Presiden lagi.

 

photo
Seniman Sanggar Semara Ratih menampilkan Tari Kecak saat pementasan bertajuk Three Bali Spirit di Banjar Tanggayuda, Bongkasa, Badung, Bali. (Antara/Fikri Yusuf)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement