Jumat 14 Jan 2022 10:28 WIB

Dialog Soal Ukraina Buntu, Polandia Ingatkan Risiko Perang

Menlu Polandia melaporkan tidak ada terobosan pada pertemuan yang diikuti Rusia-AS

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Seorang marinir Ukraina berjalan di parit di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Jumat, 7 Januari 2022. Menlu Polandia melaporkan tidak ada terobosan pada pertemuan yang diikuti Rusia-AS.
Foto: AP/Andriy Dubchak
Seorang marinir Ukraina berjalan di parit di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Jumat, 7 Januari 2022. Menlu Polandia melaporkan tidak ada terobosan pada pertemuan yang diikuti Rusia-AS.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW- Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau mengingatkan bahwa Eropa berisiko perang sebab Rusia mengatakan pihaknya belum menyerah pada diplomasi. Para ahli militernya juga tengah mempersiapkan opsi jika ketegangan atas Ukraina tidak dapat diredakan.

Upaya meredakan ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina pada Kamis (13/1/2022) bergeser ke Wina dan pertemuan Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Dewan Tetap Eropa (OSCE). Sesi tersebut berlangsung setelah pertemuan bilateral antara Rusia dan AS di Jenewa hari Senin dan pembicaraan Rabu di Brussels antara Rusia dan NATO.

Baca Juga

"Tampaknya risiko perang di wilayah OSCE sekarang lebih besar daripada sebelumnya dalam 30 tahun terakhir," kata Rau kepada forum keamanan 57 negara.

Sementara mengabaikan perang selama periode itu di bekas Yugoslavia dan bagian-bagian dari bekas Uni Soviet, komentarnya menyoroti tingkat kecemasan Eropa atas pembangunan sekitar 100 ribu tentara Rusia dalam jangkauan perbatasannya dengan Ukraina. Rusia menyangkal rencana untuk menyerang Ukraina tetapi pembangunan militernya telah memaksa AS dan sekutunya ke meja perundingan.

Rau melaporkan tidak ada terobosan pada pertemuan Wina, yang diikuti Rusia-AS, pembicaraan di Jenewa pada Senin, dan konferensi Rusia-NATO di Brussels pada Rabu. Sementara itu Amerika Serikat (AS) mengatakan ancaman invasi Rusia ke Ukraina masih tinggi. Sekitar 100 ribu tentara Rusia dikerahkan. AS pun akan mengumumkan dalam 24 jam intelijen yang menyarankan Rusia mungkin berusaha untuk menciptakan dalih untuk membenarkan invasi.

"Drama perang terdengar keras dan retorikanya menjadi agak melengking," ujar Duta Besar AS untuk OSCE, Michael Carpenter. Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan juga mengatakan ancaman invasi militer Rusia ke Ukraina masih tinggi.

"Tidak ada tanggal yang ditetapkan untuk pembicaraan lagi. Kami harus berkonsultasi dengan sekutu dan mitra terlebih dahulu," ujar Sullivan.

Rusia menyebut dialog terus berlanjut tetapi menemui jalan buntu ketika mencoba membujuk Barat untuk melarang Ukraina bergabung dengan NATO dan memutar kembali ekspansi aliansi selama beberapa dekade di Eropa. AS menuding tuntutan itu sebagai "tidak memulai".

"Pada tahap ini benar-benar mengecewakan," kata Duta Besar Rusia Alexander Lukashevich kepada wartawan setelah pertemuan OSCE.

Dia mengingatkan kemungkinan "konsekuensi bencana" jika kedua belah pihak tidak dapat menyetujui apa yang disebut Rusia sebagai garis merah keamanan. Namun ia mengatakan Moskow tidak menyerah pada diplomasi dan bahkan akan mempercepatnya.

Komentar Rusia mencerminkan pola Moskow yang mengatakan ingin mengejar diplomasi tetapi menolak seruan untuk membalikkan penambahan pasukannya di dekat Ukraina. Rusia memperingatkan konsekuensi yang tidak ditentukan bagi keamanan Barat jika tuntutannya tidak diindahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement