REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan pemikir asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi berpesan kepada umat Islam untuk selalu memperlihatkan akhlak Islam yang mulia. Karena, menurut dia, jika umat agama lain mengetahui akhlak Islam dan kesempurnaan hakikat, maka akan banyak yang masuk Islam.
"Seandainya kita perlihatkan akhlak Islam yang mulia dan kesempurnaan hakikat iman dengan perbuatan kita, maka para pengikut agama lain akan masuk Islam secara berbondong-bondong, bahkan negara-negara di dunia ini berikut benuanya akan memeluk agama Islam," kata Nursi dikutip dari buku berjudul "Khutbah Syamiyah: Manifesto Kebangkitan Umat Islam" terbitan Risalah Nur Press.
Nursi menjelaskan, umat manusia yang bangkit dan sadar dengan berbagai buah pengetahuan modern mulai memahami hakikat dan esensi manusia. Mereka yakin bahwa umat manusia tidak akan bisa hidup nyaman tanpa agama. Bahkan, menurut dia, orang yang paling kufur dan mengingkari agama pun di akhir perjalanannya terpaksa harus kembali kepada agama.
Pasalnya, lanjut dia, titik sandaran manusia saat menghadapi berbagai musibah dan musuh dari luar dan dalam di mana dirinya lemah tak berdaya, serta titik tambatan untuk meraih berbagai impian yang terbentang hingga masa keabadian. Sementara, ia sendiri fakir dan papa, tidak lain adalah “mengenal Sang Pencipta” serta beriman kepada-Nya dan mempercayai akhirat.
"Nah, tidak ada jalan bagi umat manusia yang mulai sadar untuk bangkit dari tidurnya selain mengakui semua itu. Selama dalam relung kalbu tidak ada substansi agama yang benar, maka kiamat fisik dan maknawi akan dirasakan oleh manusia sehingga ia akan menjadi hewan yang paling menderita dan hina," jelas Nursi.
Kesimpulannya, kata dia, berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan terjadinya berbagai peperangan, manusia pada masa sekarang ini telah sadar. Ia mulai merasakan nilai esensi dan potensi manusia yang bersifat komprehensif. Ia mulai memahami bahwa dengan potensi sosialnya yang menakjubkan, manusia tidak tercipta hanya untuk menempuh kehidupan yang selalu berubah dan singkat ini.
"Namun ia tercipta untuk kekal abadi. Hal itu ditunjukkan oleh impiannya yang membentang menuju masa keabadian," kata Nursi.
Selain itu, menurut dia, setiap orang mulai memahami sesuai dengan potensinya bahwa kehidupan dunia yang fana dan sempit ini tidak bisa menampung impian dan hasrat yang tak terbatas itu. Bahkan, kalau ada yang berkata kepada daya imajinasi manusia, “Engkau boleh tinggal selama sejuta tahun dengan dunia dalam genggamanmu. Namun sebagai gantinya engkau akan mati selamanya tanpa pernah hidup lagi,” tentu imajinasi orang yang sadar tadi, yang belum kehilangan rasa kemanusiaan, akan meratap sedih, bukan gembira dan senang. Pasalnya, ia kehilangan kebahagiaan yang bersifat abadi.
Menurut Nursi, inilah sebabnya mengapa muncul kecenderungan yang kuat untuk mencari agama yang benar dalam diri setiap manusia. Sebelum yang lain, terlebih dahulu ia mencari hakikat agama yang benar agar selamat dari kematian abadi. Kondisi dunia sekarang ini menjadi bukti terbaik atas hakikat tersebut.
"Setelah 45 tahun berlalu dan dengan munculnya gelombang ateisme, berbagai benua dan negara di dunia benar-benar menyadari kebutuhan umat manusia yang amat sangat itu," jelas Nursi.