Ahad 16 Jan 2022 13:40 WIB

IEA: Rusia Bertanggung Jawab Atas Krisis Gas Alam Eropa

Harga gas alam di Eropa meningkat lebih dari 900 persen sejak Januari 2021

Red: Nur Aini
Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengkritik Rusia karena memperburuk krisis gas alam Eropa
Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengkritik Rusia karena memperburuk krisis gas alam Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengkritik Rusia karena memperburuk krisis gas alam Eropa. Dia mengatakan bahwa pemasok gas milik Rusia, Gazprom, yang harus disalahkan atas harga tinggi dan tingkat penyimpanan yang rendah.

Berbicara kepada wartawan di Paris pada pekan lalu, Birol menyalahkan Rusia atas tingkat penyimpanan gas rendah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Eropa. Menurut kepala IEA, perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom, telah memasok sekitar 25 persen lebih sedikit gas ke Eropa dalam beberapa bulan terakhir dari biasanya.

Baca Juga

Keputusan Rusia untuk mengurangi ekspor gas alam ke pasar Eropa datang pada saat yang terakhir mengalami peningkatan permintaan energi di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

"Kami percaya ada elemen kuat dari keketatan di pasar gas Eropa karena perilaku Rusia," ujar Birol.

“Saya akan mencatat bahwa aliran gas Rusia yang rendah hari ini ke Eropa bertepatan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Ukraina,” kata dia.

Jaringan pipa yang ada dapat memungkinkan Rusia untuk mengirimkan hingga sepertiga lebih banyak gas, yang akan setara dengan sekitar 10 persen dari konsumsi harian di Eropa, demikian disampaikan Birol. Krisis energi yang terjadi pada 2021 menyebabkan harga gas alam dan liquefied natural gas (LNG) melonjak ke rekor tertinggi.

Baca: Ukraina Jadi Sasaran Peretas, NATO Gandeng untuk Pertahanan Siber

Harga gas alam di Eropa meningkat lebih dari 900 persen sejak Januari 2021 karena faktor-faktor, termasuk permintaan yang lebih tinggi ketika ekonomi dibuka kembali, meningkatnya persaingan untuk gas antara Eropa dan Asia, dan musim dingin yang lebih dingin serta krisis batu bara di China yang menyebabkan lonjakan permintaan global untuk gas.

Baca: Korea Selatan Longgarkan Pembatasan Covid-19

Baca: Gunung Bawah Laut Tonga Meletus, Jepang Hingga Kanada Terbitkan Peringatan Tsunami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement