Ahad 16 Jan 2022 11:45 WIB

Mengapa Saya Harus Merasa Cukup dalam Hidup?

Allah SWT memberikan sejumlah kelebihan dan kekurangan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Mengapa Saya Harus Merasa Cukup dalam Hidup?. Foto: Ilustrasi: Masjid tempat ibadah umat Muslim.
Foto: Anadolu Agency
Mengapa Saya Harus Merasa Cukup dalam Hidup?. Foto: Ilustrasi: Masjid tempat ibadah umat Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam penciptaan manusia, Allah SWT memberikan sejumlah kelebihan dan kekurangan, termasuk adanya hawa nafsu. Keberadaan perasaan ini dapat membawa pada beragam kondisi, termasuk tidak pernah merasa cukup dan selalu merasa ingin lebih.

Contohnya, jika ada film terbaru yang sudah keluar, manusia cenderung merasa harus menontonnya agar tidak ketinggalan pembicaraan dengan teman atau kolega, meskipun kondisi saat itu sedang kekurangan uang.

Baca Juga

Tak hanya itu, ada begitu banyak pakaian yang mengumpulkan debu di lemari pakaian, tetapi masih merasa perlu untuk membeli yang lainnya.

Tidak peduli berapa banyak hal yang dimiliki, selalu ada sesuatu di luar sana yang ingin dan harus didapatkan. Manusia cenderung merasa harus memiliki hal berikutnya, sehingga kebahagiaan menjadi tergantung padanya.

Di sisi lain, lambat laun apa yang kita rasa menjadi penting saat ini, dengan suatu transformasi yang luar biasa, benda itu akan kehilangan kekuatannya untuk mempengaruhi kebahagiaan manusia. Dan dengan kekuatan entah bagaimana, akan ditransfer ke hal berikutnya di luar sana menuntut kekaguman kita.

Dalam kehidupan, tidak ada salahnya bagi seseorang menginginkan sesuatu. Dalam agama Islam pun tidak ada larangan jika hamba-Nya menginginkan hal-hal yang halal.

Jika kita sudah memiliki suatu barang yang dapat berdungsi dengan baik dan mampu memberi layanan penuh, namun masih merasa tidak puas dan cenderung kurang, maka perlu dipertanyakan apa sebetulnya yang menjadi fokus kita dalam hidup.

Dilansir di About Islam, Kamis (13/1/2022), seseorang dalam kondisi itu berada satu langkah jaraknya dari tidak bersyukur dan resah atas apa yang tidak dia miliki. Gelas akan selalu terlihat setengah kosong dan tidak pernah setengah penuh.

Allah berfirman dalam Alquran surat Ibrahim ayat 7, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat".

Ketika kita merasakan dorongan untuk memiliki sesuatu, pikirkan dulu sebelum memutuskan untuk mendapatkannya. Apakah hal itu sesuatu yang benar-benar dibutuhkan atau hanya sekedar keinginan belaka.

Tanyakan pula mengapa barang itu diperlukan. Apakah benar membawa keuntungan dan sepadan dengan waktu maupun sumber daya yang harus dikeluarkan.

Masing-masing dari kita hanya memiliki waktu dan sumber daya yang terbatas. Untuk memanfaatkannya sebaik mungkin, maka luangkanlah waktu dengan hal-hal yang benar-benar penting.

Sepanjang kehidupan Nabi dan Rasul di dunia, ada satu hal yang menjadi benang merah di antaranya semuanya. Mereka merupakan gembala, bukan domba. Mereka lah yang memberi panutan atau trendsetter dari kaumnya.

Nabi dan Rasul menggunakan otak dan akal mereka untuk memilah norma yang baik dan buruk. Mereka tidak pernah berpikir dua kali untuk membuang yang buruk ke tempat sampah.

Sementara itu, manusia yang lainnya hanya mengikuti norma sosial secara membabi buta.

Sebagai contoh, Nabi Daud SAW adalah seorang raja, namun dia mencari nafkah sendiri dan hidup sederhana. Dia biasa berpuasa setiap hari, sekaligus seorang penyembah Allah SWT yang sejati. Dia memilih untuk mencurahkan waktu dan sumber dayanya yang terbatas untuk hal-hal yang benar-benar penting.

Gaya hidup sederhana bukan hanya digaungkan oleh agama yang berusia empat 14.000 tahun. Islam selalu hijau dan ajarannya sesuai dengan tren di zaman modern, seperti dulu pada masa Nabi Muhammad SAW.

Kehidupan minimalis adalah tren modern dan didukung oleh sains. Menerapkan gaya hidup minimalis tidak hanya merapikan lemari pakaian tetapi juga pikiran, mengurangi stres dan kecemasan, bahkan membuat seseorang lebih kreatif. Dan tentu saja, gaya hidup ini akan berguna dalam menghemat uang untuk dibelanjakan dalam hal-hal yang benar-benar penting.

Apa itu hal-hal yang benar-benar penting? Allah SWT berfirman dalam QS Asy-Syura ayat 36, "Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal".

Apakah Anda ingin menjadi kaya? Menurut Nabi Muhammad SAW, menjadi kaya bukan berarti memiliki harta yang banyak. Orang yang benar-benar kaya adalah orang yang merasa cukup.(At-Tirmidzi 2373)

Apakah Anda ingin sukses? Nabi Muhammad mendefinisikan kesuksesan dengan tiga syarat, yaitu, penerimaan Islam, diberikan rizki yang cukup, serta merasa puas dengan apa yang dimiliki. (Muslim 1054)

Suatu hal yang menarik terkait hal di atas, dalam sebuah hadits Qudsi disampaikan, jika seorang Hamba mengabdikan diri Anda untuk Islam dan Allah SWT, maka Allah akan menjaga hal kedua dan ketiga selama hidupnya.

Dengan kata lain, jika seorang Muslim mencurahkan waktu dan sumber dayanya yang terbatas untuk beribadah kepada Allah SWT dengan cara yang benar, maka Allah akan mengurus kemiskinannya dan membuatnyapuas. (Ibnu Majah 4107) 

Sumber:

https://aboutislam.net/spirituality/be-content-with-less-why-should-i/

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement