Ahad 16 Jan 2022 19:11 WIB

Tuntunan Memilih Teman Menurut Kitab Al Hikam

Kitab Al Hikam memaparkan tuntunan memilih teman.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Persahabatan. Ilustrasi
Foto: .
Persahabatan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Imam besar Masjid Istiqlal,  Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar menjelaskan dalam kitab Al Hikam yang ditulis Ibnu Atha'illah As Sakandari dijelaskan bahwa bersahabat dengan orang-orang jahil tetapi tidak memperturutkan hawa nafsunya itu lebih baik daripada bersahabat dengan orang alim tapi memperturutkan hawa nafsunya.

Menurut Prof. KH. Nasaruddin orang yang alim tapi memperturuti hawa nafsunya maka tidak berguna ilmunya dan justru hanya akan menjerumuskannya serta orang-orang disekelilingnya ke dalam kemudharatan. Sementara orang yang bodoh, meskipun hanya memahami dasar-dasar dalam agama namun mampu menjaga dirinya dari hawa nafsu justru akan mengantarkan dirinya dan orang-orang disekelilingnya pada keselamatan. 

Baca Juga

"Tidak semua alim itu baik, tapi tidak semua orang bodoh itu juga buruk. Baik dan buruknya seseorang itu menurut Ibnu Atha'illah tidak semata-mata ditentukan oleh dalam atau dangkalnya ilmu pengetahuan mereka. Mungkin ada orang amat pintar, sangat cerdas, titelnya banyak akan tetapi ia masih didikte oleh hawa nafsunya. Selalu memperturutkan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya menurut Ibnu Atha'illah, ulama atau ilmuwan seperti itu tidak lebih baik daripada orang bodoh. Sedang orang bodoh itu mengendalikan nafsunya," kata Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar dalam kajian kitab Al Hikam karya Ibnu Atha'illah As Sakandari di Masjid Istiqlal yang juga disiarkan secara daring di kanal You Tube resmi Masjid Istiqlal TV pada Jumat (14/1/2022). 

Prof. KH Nasaruddin mencontohkan seseorang yang tidak tamat sekolah dasar namun mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak terbawa nafsu, tidak melakukan maksiat pada saat Allah, tidak meninggalkan kewajibannya sebagai hamba, maka sejatinya orang tersebut lebih baik dari ilmuwan besar yang menuruti hawa nafsunya. 

Prof Nasaruddin juga menjelaskan bahwa termasuk dari tanda orang berilmu yang memperturuti hawa nafsu adalah mengeluarkan semua yang ada di kepalanya tanpa memperdulikan kondisi dan perasaan  orang lain, sehingga ucapannya itu justru menyakiti orang lain.

"Jadi orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya itu lebih baik dari orang pintar yang mengikuti hawa nafsunya. Bukankah yang paling banyak menipu itu orang pintar? Dan tak sedikit orang bodoh yang jujur?," Katanya. 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا
Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muham-mad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”

(QS. An-Nisa' ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement