Senin 17 Jan 2022 09:42 WIB

IHSG Diprediksi Melonjak Ditopang Emiten Perbankan dan Tambang

Emiten berkapitalisasi jumbo seperti bank dan tambang diyakini menguat pekan ini

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas membersihkan lantai di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Emiten berkapitalisasi jumbo seperti bank dan tambang diyakini menguat pekan ini sehingga mendorong indeks harga saham gabungan ke wilayah positif
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Petugas membersihkan lantai di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Emiten berkapitalisasi jumbo seperti bank dan tambang diyakini menguat pekan ini sehingga mendorong indeks harga saham gabungan ke wilayah positif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan awal pekan ini, Senin (17/1/2022). IHSG menguat ke level 6.711,40 melanjutkan kenaikan pada perdagangan akhir pekan lalu yang menguat 0,53 persen.

Penguatan IHSG pagi ini ditopang oleh kenaikan saham-saham berkapitalisasi jumbo khususnya emiten bank, seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI. Saham yang berkaitan dengam sektor tambang juga menopang kenaikan, seperti ADRO, ITMG, serta UNTR. 

Baca Juga

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan cenderung bullish di tengah pergerakan indeks saham di Asia yang dibuka variatif. Investor hari ini akan menantikan rilis sejumlah data ekonomi Cina.

"Rilis sejumlah data eknomi penting Tiongkok PDB 4Q21, Industrial Production, Retail sales, Unemployment rate dan Fixed Asset Investment akan memberi sorotan pada perlambatan ekonomi negara itu akibat pemberlakuan pembatasan sosial," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (17/1/2022).

Sementara itu, indeks saham utama di Wall Street mencatatkan penurunan selama dua pekan beruntun dengan NASDAQ melemah 0,28 persen sepanjang pekan lalu sementara DJIA dan S&P 500 terpangkas masing-masing 0,88 persen dan 0,30 persen. Dengan demikian, NASDAQ sudah mengalami penurunan selama tiga pekan beruntun.

Imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun lompat lebih dari 7 bps menjadi 1,78 persen. Investor meyakini rilis data ekonomi AS yang belakangan ini keluar lebih buruk dari estimasi tidak akan cukup untuk menunda pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral AS, Federal Reserve.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah mencatatkan kenaikan mingguan selama empat minggu beruntun. Kenaikan ini merupakan yang erpanjang sejak Oktober akibat ketatnya pasokan serta kekhawatiran Rusia melancarkan serangan militer ke Ukrania.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement