Senin 17 Jan 2022 13:23 WIB

Masjid Turki di Jerman Diduga Dibakar, Penyelidikan Masih Berlangsung

Jerman mengalami peningkatan kasus kebencian anti-Muslim beberapa tahun terakhir.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Kebakaran/ilustrasi. Masjid Turki di Jerman Diduga Dibakar, Penyelidikan Masih Berlangsung
Foto: pixabay
Kebakaran/ilustrasi. Masjid Turki di Jerman Diduga Dibakar, Penyelidikan Masih Berlangsung

REPUBLIKA.CO.ID, SACHSEN -- Pihak berwenang Jerman meluncurkan penyelidikan setelah kebakaran terjadi di halaman belakang masjid Persatuan Islam Turki (DİTİB) di kota Chemnitz, Sachsen, Ahad (16/1/2022). Kebakaran diduga terjadi di Masjid Fatih sekitar pukul 23.00 waktu setempat. 

Dilansir dari Daily Sabah, Ahad (16/1/2022), polisi meluncurkan operasi multi-cabang untuk menyelidiki insiden tersebut. Sedangkan Direktur masjid Enis Sezgi mengatakan dia mengetahui tentang kebakaran itu setelah panggilan polisi.

Baca Juga

Saat ini masjid telah ditutup untuk beribadah setelah petugas pemadam kebakaran mendobrak semua pintu masjid. Asap serta bau tak sedap masih tertinggal setelah perlengkapan konstruksi di halaman belakang dibakar.

Penyebab kebakaran masih belum diidentifikasi, menurut Sezgi, yang menyoroti bahwa mereka telah menerima pesan ancaman anti-Muslim sebelumnya melalui pos. Konsul Jenderal Turki Olgun Yücekök mengatakan bahwa mereka telah melakukan kontak dengan polisi Saxony dan mengikuti penyelidikan dengan cermat.

Sementara itu, atase layanan keagamaan Turki Emre imşek di Berlin mengatakan mereka sedih dengan kebakaran dan kerusakan material yang diderita masjid. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. 

Jerman mengalami peningkatan kasus rasialisme dan kebencian anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir. Jerman adalah rumah bagi 81 juta orang dan menampung populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis.  Dari hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, setidaknya 3 juta adalah keturunan Turki.

Komunitas Turki di Eropa prihatin dengan meningkatnya tren Islamofobia dan Turkofobia di negara-negara Barat dan telah meminta negara-negara Eropa untuk meningkatkan tindakan melawan kejahatan rasial.

Pejabat Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdoğan telah sering mendesak para pembuat keputusan dan politisi Eropa untuk mengambil sikap menentang rasisme. Beserta juga jenis diskriminasi lain yang telah mengancam kehidupan jutaan orang yang tinggal di dalam perbatasan blok tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement