Senin 17 Jan 2022 14:49 WIB

Bulog Siap Serap 4,14 Juta Ton Beras Triwulan I 2022

Penyerapan untuk stabilitas harga beras berlebihan di tingkat hulu saat panen

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Pekerja membongkar muat beras di gudang Bulog, (ilustrasi). Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan perusahaan berkomitmen menyerap hasil produksi petani secara optimal, terutama saat produksi mengalami surplus.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Pekerja membongkar muat beras di gudang Bulog, (ilustrasi). Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan perusahaan berkomitmen menyerap hasil produksi petani secara optimal, terutama saat produksi mengalami surplus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan perusahaan berkomitmen menyerap hasil produksi petani secara optimal, terutama saat produksi mengalami surplus. Hal ini, ucap Buwas, untuk stabilisasi harga beras yang berlebihan di tingkat hulu saat panen. Buwas menyampaikan puncak panen sendiri telah terjadi pada Maret 2021.

"Memperkirakan tingkat perkiraan kebutuhan beras yang sebesar 2,49 juta ton per tahun, maka diperkirakan surplus pasokan beras nasional tahun ini mulai terjadi pada Februari hingga Maret 2022," ujar Buwas saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/1).

Baca Juga

Kata Buwas, potensi beras yang diserap pada triwulan I 2022 sebanyak 4,14 juta ton. Menurut Buwas, jumlah tersebut ideal dalam memenuhi kebutuhan menjaga tingkat stok sebesar 1 juta ton hingga 1,5 juta ton beras. Buwas menyebut wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan, menjadi produsen beras terbesar pada Januari hingga Maret 2022.

"Tahun ini, Bulog akan melakukan stabilisasi harga di tingkat hilir dengan KPSH. Kami juga berencana melakukan pengadaan komoditas pangab lain yang disesuaikan dengan kebutuhan komersial perusahaan," ucap Buwas.

Buwas mengatakan harga beras selama 2021 terlihat stabil, bahkan memberikan andil negatif terhadap inflasi pada beberapa bulan sepanjang 2021.

Buwas menyampaikan jumlah ketersediaan beras hingga akhir 2021 mencapai 1.002.771 ton yang terdiri atas 987.157 ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 5.614 ton beras komersial. Buwas menjamin stok tersebut lebih dari cukup untuk stabilisasi pasokan dan harga beras hingga awal 2022.

Buwas mengatakan realiasi pengadan gabah beras petani dalam negeri selama 2021 mencapai 1.216.281 ton. Hal tersebut menunjukan sesuai dengan jumlah CBP yang ditentukan setiap tahunnya. Buwas menyebut penyerapan tertinggi terjadi pada Mei hingga Juni 2021 yang berkisar di angka 50 persen sampai 65 persen terhadap total serapan per tahun.

Kendati begitu, lanjut Buwas, Bulog juga mewaspadai terjadi kenaikan harga beras pada awal tahun ini yang dipicu rendahnya panen pada November sampai Desember dan disertai dengan prakiraan terjadinya bencana hidrometeorologi pada awal 2022.

"Diestimasikan harga beras akan terus meningkat pada Desember sampai Februari 2022," ucap Buwas.

Buwas menilai hal ini juga tak lepas dari penurunan stok di penggilingan yang mana beberapa mitra penggilingan mulai mengumpulkan kembali stok berasnya dengan rencana pengisian pasokan pada Januari hingga Februari 22 sambil menunggu panen raya.

"Berakhirnya tahun Anggaran 2021 sehingga banyak program pemerintah yang diakumulasikan pada Desember 2021 menyebabkan tingginya peredaran uang di masyarakat dan tingginya permintaan beras," kata Buwas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement