Senin 17 Jan 2022 15:43 WIB

Erick Bentuk PMO Kopi Nusantara, Libatkan Swasta Hingga Asosiasi

Kopi merupakan komoditas Indonesia yang potensial namun belum dimanfaatkan optimal

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah membentuk project management office (PMO) kopi nusantara. (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah membentuk project management office (PMO) kopi nusantara. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah membentuk project management office (PMO) kopi nusantara. Erick mengatakan kopi merupakan salah satu komoditas Indonesia yang potensial namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Erick menyampaikan PMO kopi nusantara terdiri atas berbagai unsur, mulai dari BUMN seperti PTPN, Perhutani, Pupuk Indonesia, BRI, hingga RNI; swasta yang meliputi common grounds, dua coffe, Stella, Mayora; asosiasi seperti Sustainable Coffee Platform of Indonesia dan Speciality Coffee Association of Indonesia; serta lembaga research and development (R&D) dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan RnD BUMN.

Baca Juga

"Sudah seyogyanya kita bangun ekosistem kita sendiri, bukan ekosistem Brasil atau Vietnam, tapi ekosistem Indonesia dalam persaingan di dunia global," ujar Erick saat menghadiri diskusi bertajuk "Dialog Kopi Tanah Air" yang diselenggarakan PDIP di Jakarta, Senin (17/1/2022).

Erick mengatakan saat ini merupakan era kolaborasi. Pun dalam memperkuat industri kopi dalam negeri memerlukan sinergitas antarlini, baik pemerintah, swasta, asosiasi, dan para petani kopi. Erick menyebut Indonesia tidak akan mampu memenangkan persaingan dalam industri kopi jika masih memikirkan ego sektoral.

"Apalagi di era milenial saat ini, sekarang eranya kolaborasi, bukan konglomerasi atau jalan sendiri-sendiri," ucap Erick.

Erick mengatakan pasar kopi Indonesia memang hanya menempati peringkat empat. Namun, ucap Erick, pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi hingga 45 persen dalam sepuluh tahun terakhir. Sementara negara-negara lain hanya 26 persen.

"Jadi kalau kita membangun ekosistem dan konsumsi kopi kita sendiri, siapa tahu nilai tawar kopi kita makin tinggi," lanjut Erick.

Selama ini, ucap Erick, kopi Indonesia hanya digunakan sebagai campuran oleh pasar global lantaran kualitas yang dihasilkan tidak maksimal. Hal ini sama dengan padi yang tidak memiliki kualitas standar internasional. Persoalan ini, lanjut Erick, lantaran tidak adanya dukungan teknologi yang mumpuni dalam menghasilkan kualitas kopi terbaik.

"Banyak sekali kopi-kopi itu dalam posisi yang hancur dan petani tidak ada pendampingan bagaimana memetik kopi yang mestinya merah tapi karena tengkulak akhirnya semua kopi diambil saja karena petani punya kebutuhan sehari-hari," kata Erick.

Erick mengatakan BUMN telah memiliki satu contoh ekosistem yang berhasil yakni program Makmur yang mengintegrasikan dari hulu hingga hilir dalam menghasilkan produk pertanian yang baik dan meningkatkan kesejahteraan petani.

"Alhamdulillah program Makmur sudah 71.612 hektare dengan 50 ribu petani padi, jagung, tebu, dan holtikultura. Ekosistem sudah terbentuk dan berjalan. Sekarang para petani pendapatannya naik 30 persen. Ini nyata, bukan mimpi," lanjut Erick.

Erick berencana melibatkan para petani kopi untuk masuk dalam ekosistem program Makmur. Erick ingin BUMN membantu para petani kopi untuk meningkatkan kualitas, melakukan adopsi praktik budidaya kopi, dan memberikan akses pasar.

"Kalau rencana ini berjalan baik, kita bisa luncurkan dalam satu atau dua bulan. Kita buat proyek percontohan misal di zona Jawa Timur atau Jawa Barat," kata Erick menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement