Petani Tembakau Ceritakan Benefit Jadi Mitra Sampoerna
Red: Fernan Rahadi
Petani tembakau (ilustrasi) | Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi/foc.
REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Sebanyak puluhan ribu petani telah merasakan manfaat setelah menjadi petani mitra melalui perusahaan pemasok tembakau yang bermitra dengan PT HM Sampoerna Tbk. Dua di antaranya adalah Alhairi dan Mursidi.
Keduanya, seperti puluhan ribu petani lainnya, menjadi bagian dari Integrated Production System (IPS) atau Sistem Produksi Terintegrasi yang telah dijalankan Sampoerna sejak tahun 2009 di beberapa sentra penanaman tembakau di Pulau Jawa dan Lombok. Ada tiga komponen yang berkaitan langsung dengan IPS yaitu petani, pemasok, dan pabrikan. Jumlah petani yang telah bergabung dalam kemitraan ini berjumlah 23 ribu petani.
Alhairi misalnya. Pekerjaan sebagai petani tembakau telah dijalaninya selama kurang lebih 20 tahun di Jember, Jawa Timur. Pekerjaan tersebut dilakoni turun-temurun dari orang tuanya, dengan segala suka dan duka.
Pada 2017, Alhairi bergabung menjadi petani mitra Sampoerna. Melalui sistem kemitraan, ada komitmen pembelian tembakau dengan jumlah dan mutu yang disepakati bersama.
"Sebelum bermitra, kalau ada masa-masa seperti bencana alam, jatuh sudah. Rugi banyak itu sudah. Bisa jual-jual sawah, soalnya tidak ada jaminan untuk dibeli. Setelah ikut mitra, ada jaminan dibeli. Pokoknya waktu Gunung Rawu meletus, yang ikut mitra untung, selamat. Yang tidak mitra, seperti saya, jatuh waktu itu. Jadi keuntungannya itu banyak, ada jaminan dibeli," kata Alhairi dalam siaran pers, Senin (17/1).
Banyak perubahan dan keuntungan yang didapatkan Alhairi sejak bergabung sebagai petani mitra. Selain mendapatkan jaminan pembelian tembakau, petani mitra juga mendapatkan berbagai pelatihan dan dukungan teknis sehingga mendapatkan hasil panen dengan kualitas terbaik.
"Ya dari bedengan sampai pascapanen itu diajari semua sama pendamping. Sebelum mitra tidak diajari. Setelah ikut mitra kan dapat ilmu seperti bedengan bagus, terus rendaman dari sawah itu tinggi. Soalnya diajari diberi obat sehingga rendaman tinggi. Sebelum mitra, tidak ada. Tradisional saja," papar Alhairi.
Dengan berbekal pengetahuan itu, kini mutu tembakau hasil panennya lebih bagus. Penggunaan alat dan mesin yang lebih modern, menurut Alhairi, juga membuatnya bisa berhemat dari sisi biaya. Contohnya, kata dia, ada dukungan penggunaan kultivator yang membuatnya bisa menghemat waktu dan biaya saat mempersiapkan lahan yang akan ditanami tembakau.
Hal yang sama diutarakan Mursidi, yang telah menjadi petani tembakau sejak 2012. Ia bergabung menjadi petani mitra pada 2016. Menurut Mursidi, sejak menjadi petani mitra, ada keuntungan yang dirasakannya dari sisi penjualan dan dari sisi pertanian.
"Penjualan itu bisa langsung masuk gudang. Dari sisi pertanian, cara menggarap di sawah, dikawal sama petugas. Pelatihan yang didapatkan mitra itu banyak. Kami diajarkan cara menggunakan teknologi, dulu pakai manual terus. Sama petugasnya didampingi caranya memakai kultivator, pakai mesin. Itu juga lebih irit," ujar Mursidi.
Para petani mengakui, perekonomian keluarga menjadi lebih baik sejak menjadi bagian dari program kemitraan. Mursidi, misalnya, kini sudah bisa membangun rumah sendiri bagi keluarganya. Dari hasil penjualan tembakau, satu dari tiga anaknya kini bisa mengenyam pendidikan tinggi. Anak sulungnya kini tengah menempuh pendidikan di sebuah politeknik di Surabaya, Jawa Timur.
"Bisa menabung, terasa hasilnya. Hasilnya kan lumayan dibanding kita menanam padi, palawija. Itu per hektarnya kalau padi Rp 20 jutaan. Kalau tembakau bisa Rp 40-60 jutaan. Lumayan. Bedanya memang jauh. Enak lah," kata Mursidi.
Lahan garapannya kini juga bertambah luas, lebih dari 2 hektare. Kisah yang hampir sama juga dibagikan Alhairi. Satu dari tiga anaknya juga mengenyam pendidikan tinggi. Tak hanya mengalokasikan pendapatannya dari bertanam tembakau untuk pendidikan anak, Alhairi juga menginvestasikan penghasilannya dalam bentuk alat pertanian. Kini, ia mempunyai tiga kultivator.
Kebahagiaan lain yang dirasakannya adalah membuka kesempatan bekerja bagi para tetangga dan berdampak terhadap perekonomian lingkungan sekitar. Menurut Alhairi, ada 10 pekerja yang membantunya bertanam tembakau. "Berdampak ke ekonomi tetangga, karena saya bisa mempekerjakan tetangga," ujar Alhairi.
Sementara, Mursidi mempekerjakan lebih banyak orang seiring dengan meluasnya lahan pertanian tembakaunya. Total, ada 12 orang yang dipekerjakan Mursidi. Dari 12 orang itu, delapan orang di antaranya perempuan dan ini sejalan dengan misi pemberdayaan perempuan yang menjadi bagian dari upaya menanggulangi isu-isu pekerja pertanian melalui Sistem Pertanian Terpadu.
Selain mendapatkan komitmen pembelian tembakau, petani yang menjadi mitra dalam IPS memperoleh berbagai kebutuhan untuk bertani dan mendapatkan dukungan teknis. Dukungan itu dalam bentuk perlengkapan modern untuk meningkatkan efisiensi (Sustainable Tobacco Production Initiative atau Inisiatif Produksi Tembakau Berkelanjutan).
Petani juga mendapatkan akses pembiayaan yang lebih baik untuk modal penyiapan lahan, membeli benih, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Untuk memastikan keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan petani beserta pekerjanya, Sampoerna juga memberikan pelatihan Good Agricultural Practices dan Agricultural Labor Practices (Praktik Pekerja Pertanian yang Baik). Hal ini bagian dari kepatuhan pada standar dan peraturan yang berlaku.
Sistem Produksi Terintegrasi memberikan manfaat bagi petani maupun pabrikan. Bagi petani, seperti disampaikan Alhairi dan Mursidi, ada jaminan pembelian hasil panen. Jaminan ini turut berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mereka. Petani mendapatkan pendapatan bersih yang lebih tinggi karena panen yang mereka hasilkan berkualitas baik dan langsung mendapatkan akses untuk menjual hasil panennya.
Melalui berbagai pelatihan yang didapatkan, petani mendapatkan pengetahuan tentang strategi meningkatkan efisiensi dan berpotensi menggarap lahan yang lebih besar. Sementara, pabrikan mendapatkan pasokan tembakau berkesinambungan serta integritas produk.
Ke depannya, baik Alhairi maupun Mursidi berharap, kemitraan ini akan terus berjalan dan memberikan keuntungan untuk semua pihak yang terlibat dalam Sistem Produksi Terpadu. "Harus tetap jalan. Sama-sama untung semua. Itu saja," kata Alhairi.