Senin 17 Jan 2022 19:59 WIB

Pemprov Jabar Filmkan Aktivitas Ekonomi Pesantren Promosikan OPOP

Film ini diharapkan mampu memulihkan pandangan masyarakat terhadap pesantren.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempromosikan program one pesantren one product (OPOP) melalui film televisi. Pembuatan FTV ini bekerjasama dengan Aria Production.
Foto: istimewa
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempromosikan program one pesantren one product (OPOP) melalui film televisi. Pembuatan FTV ini bekerjasama dengan Aria Production.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mempromosikan program "One Pesantren One Product" (OPOP) melalui film televisi. Pembuatan FTV ini bekerja sama dengan Aria Production.

Menurut Produser Cahaya Pesantren, Yayat Hidayat, pihaknya bekerja sama dengan Pemprov Jabar untuk menggarap FTV tersebut. Tujuan utama FTV ini untuk mempromosikan program OPOP.

Baca Juga

Yayat mengatakan, program ini sangat positif, untuk menunjukkan pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan saja. "Jadi, mengenalkan pesantren melalui FTV ini ide bagus. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya. Tujuan utama dibuatnya film ini menyebarluaskan informasi terkait pesantren yang memiliki aktivitas ekonomi," ujar Yayat di Bandung, Senin (17/1/2022).

Yayat menjelaskan, lokasi syuting FTV ini berada di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung. Pesantren tersebut, kata dia, mampu menjadi pemasok sayuran dan buah-buah dengan kualitas baik. Tidak hanya untuk kebutuhan domestik, hasil bumi Ponpes Al Ittifaq ini pun bisa diekspor ke berbagai negara. "Kenapa difilmkan? Semoga ini bisa menginspirasi yang lainnya bahwa di pesantren juga ada aktivitas ekonomi yang besar," katanya.

Selain itu, kata dia, FTV ini pun bertujuan untuk memperbaiki citra pesantren, yang saat ini dinilai cukup tercoreng akibat rentetan kasus hukum yang dilakukan oknum di lingkungan pendidikan tersebut. Dengan tayangan film televisi berjudul "Cahaya Pesantren" ini, kata dia, diharapkan mampu memulihkan pandangan masyarakat terhadap pesantren.

Yayat membenarkan salah satu alasannya untuk kembali mengangkat citra pesantren yang belakangan ini tercoreng, baik oleh isu radikal, intoleransi, maupun kasus hukum lainnya. "Sekarang-sekarang ini isu pesantren cenderung peyoratif, radikal, intoleransi, atau sekarang isu terakhir di Bandung yang sangat memukul, dengan kasus pengajar yang memanipulasi kekuasaannya terhadap santrinya," katanya.

Yayat berharap melalui FTV ini citra pesantren kembali pulih. Terlebih, dia memastikan selama ini banyak aktivitas positif dari lingkungan pendidikan keagamaan tersebut. "Pesantren ini menjadi episentrumnya masyarakat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement