REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eks Kepala Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa penyelesaian Vaksin Merah Putih diprediksikan bakal terganggu imbas peleburan Lembaga Eijkman ke Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Amin mengatakan penyelesaian Vaksin Merah Putih kemungkinan bakal tertunda hingga awal tahun 2023 mendatang.
"Kami laporkan kepada pimpinan dan anggota Komisi VII DPR bahwa terjadi kelambatan yang signifikan sehingga penyelesaian Vaksin Merah Putih oleh Eijkman terhambat sehingga kemungkinan baru akhir tahun ini atau awal tahun 2023 bisa mendapatkan EUA," kata Amin dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (17/1/2022).
Amin mengatakan akhir 2020, Eijkman bersama Biofarma di bawah bimbingan BPOM sudah berupaya membuat timeline. Dalam timeline tersebut rencananya pertengahan tahun 2022 Vaksin Merah Putih sudah bisa mendapatkan izin penggunaan darurat atau EUA.
Vaksin Merah Putih progresnya kini sudah menyelesaikan sebagian dari uji klinik fase 3. Namun akibat peleburan tersebut, Vaksin Merah Putih dipastikan bakal tertunda. "Karena saat ini masih menunggu proses pembicaraan komitmen anggaran dan sebagainya," ungkapnya.
Sebelumnya secara terpisah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan ada tujuh tim yang kini mengembangkan vaksin produk dalam negeri dalam konsorsium nasional untuk pengembangan Vaksin Merah Putih. Tujuh tim, yakni Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, eks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Pelaksana Tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat mengatakan, Masing-masing tim mengembangkan Vaksin Merah Putih dengan metode yang berbeda. “Mulai dari vaksin yang berbasis inaktivasi virus sampai vaksin yang berbasis rekombinan protein," ujarnya, Sabtu (15/1/2022).
Ia mengatakan, progres pengembangan Vaksin Merah Putih yang paling cepat adalah dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. "Saat ini tim yang progresnya paling cepat adalah tim dari Unair bekerja sama dengan PT Biotis sudah menyelesaikan uji praklinis pada makaka (monyet)," katanya.
Iman menuturkan, setelah menyelesaikan uji praklinis pada makaka, Unair dan PT Biotis akan melakukan uji klinis fase 1, 2 dan 3. Direncanakan, katanya, uji klinis tersebut selesai pada Juli atau Agustus 2022 bersamaan dengan perkiraan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).