REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Mantan presiden Ukraina Petro Poroshenko tiba di Ibu Kota Kiev pada Senin (17/1/2022) untuk menghadapi tuntutan makar dalam kasus yang dia sebut dibuat-buat oleh para sekutu penggantinya, Presiden Volodymyr Zelenskiy.
Dalam perselisihan sekilas di pemeriksaan perbatasan setelah tiba dengan penerbangan dari Warsawa, dia menuduh penjaga perbatasan telah menyita paspornya. Poroshenko kemudian muncul di hadapan kerumunan pendukung yang mengibarkan bendera di luar bandara.
Kembalinya Poroshenko memicu pertikaian dengan pemerintah Zelenskiy. Para kritikus menganggap kedatangannya itu merupakan gangguan yang dinilai buruk, pada saat Ukraina bersiap menghadapi kemungkinan serangan militer Rusia dan untuk meminta dukungan sekutu-sekutu Barat. Para diplomat negara-negara Barat menyerukan persatuan politik di Ukraina menjelang kedatangan Poroshenko.
Poroshenko sendiri tengah diselidiki atas tuduhan makar terkait dengan pembiayaan pejuang separatis yang didukung Rusia melalui penjualan batu bara ilegal saat dia menjabat pada 2014 hingga 2015. Partainya menuduh Zelenskiy melakukan upaya yang tidak bijaksana untuk membungkam oposisi politik.
Pemerintah Zelenskiy mengatakan jaksa dan pengadilan merupakan pihak independen. Pemerintah yang saat ini berkuasa juga menuduh Poroshenko menganggapdirinya kebal hukum.
"Kita di sini bukan untuk melindungi Poroshenko, tetapi untuk bersatu dan melindungi Ukraina," kata Poroshenko kepada massa.
Pada konferensi pers, Tetiana Sapyan, juru bicara Biro Investigasi Negara (DBR), mengatakan Poroshenko telah diberi surat panggilanu ntuk hadir di pengadilan pada Senin malam.
"Namun, Petro Poroshenko menolak untuk menerima dokumen prosedural, mengabaikan persyaratan hukum penyelidik, dan pada saat yang sama, orang-orang yang bersamanya melakukan perlawanan fisik, yang terekam dalam rekaman video."
Ukraina dan sekutu-sekutunya telah mengeluarkan peringatan tentang keberadaan puluhan ribu tentara Rusia di dekat perbatasan. Setelah upaya diplomasi yang dilakukan selama berhari-hari pada pekan lalu tidak mencapai terobosan, Amerika Serikat mengatakan pada Jumat (14/1) bahwa Rusia sedang mempersiapkan dalih untuk serangan. Tuduhan itu dianggap Kremlin, kantor presiden Rusia tidak berdasar.