Selasa 18 Jan 2022 14:22 WIB

Ketika Dosis Keempat tak Efektif Lawan Omicron, Perlukah Vaksin Khusus?

Studi awal di Israel temukan dosis ke-4 munculkan antibodi yang tak signifikan.

 Seorang wanita menerima vaksin coronavirus Pfizer-BioNTech keempat dari sukarelawan layanan darurat nasional Magen David Adom, di sebuah panti jompo swasta, di Netanya, Israel, Rabu, 5 Januari 2022. Studi awal dari pemberian vaksin dosis ke-4 menunjukkan vaksin tidak memberikan antibodi yang signifikan untuk melawan Omicron.
Foto: AP/Ariel Schalit
Seorang wanita menerima vaksin coronavirus Pfizer-BioNTech keempat dari sukarelawan layanan darurat nasional Magen David Adom, di sebuah panti jompo swasta, di Netanya, Israel, Rabu, 5 Januari 2022. Studi awal dari pemberian vaksin dosis ke-4 menunjukkan vaksin tidak memberikan antibodi yang signifikan untuk melawan Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Haura Hafizhah, Adysha Citra Ramadani, Dian Fath Risalah, Indira Rezkisari

Masyarakat di Indonesia mulai menerima suntikan vaksin booster atau vaksin dosis penguat ketiga. Di Israel penduduknya bahkan sudah menerima suntikan booster dosis keempat.

Baca Juga

Studi awal di Israel menunjukkan bahwa suntikan dosis keempat meningkatkan kadar antibodi yang lebih tinggi dari dosis ketiga. Kadar antibodi dari dosis keempat namun tidak cukup manjur untuk mencegah infeksi omicron.

Pusat Medis Sheba Israel telah menyuntikkan dosis penguat (booster) kedua pada uji coba di kalangan staf mereka dan meneliti efek booster Pfizer pada 154 orang setelah dua pekan. Booster Moderna juga diteliti pada 120 orang setelah sepekan, kata direktur Unit Penyakit Menular Gili Regev-Yochay.

Menurut pihak rumah sakit, kelompok eksperimen itu dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan dosis keempat. Partisipan kelompok Moderna adalah penerima dosis ketiga vaksin Pfizer.

Dosis keempat memang meningkatkan kadar antibodi, tapi Regev-Yochay mengatakan, kadarnya bahkan sedikit lebih tinggi dibanding dengan apa yang diperoleh dari dosis ketiga. "Tetapi, ini mungkin belum cukup (melawan) omicron," katanya kepada awak media.

"Kini kami tahu bahwa kadar antibodi diperlukan untuk melindungi dan mencegah infeksi omicron mungkin terlalu tinggi bagi vaksin, sekalipun itu vaksin yang bagus."

Sejumlah temuan yang diungkapkan oleh rumah sakit itu merupakan temuan pertama di dunia dan masih awal serta belum diterbitkan. Israel menjadi yang tercepat dalam meluncurkan vaksinasi Covid-19 pertama tahun lalu dan pada Desember otoritasnya mulai memberikan dosis keempat alias penguat kedua bagi kelompok-kelompok paling rentan dan berisiko tinggi, dilansir dari Reuters, Selasa (18/1/2022).

Vaksin dosis keempat tapi masih sangat efektif melawan virus corona yang lebih dulu ada seperti delta yang pertama terjadi di Wuhan atau Alfa. Regev-Yochay menambahkan, memberikan vaksin dosis keempat bagi kelompok berisiko tinggi mungkin masih menjadi ide yang baik. Kelompok berisiko tinggi salah satunya adalah lansia atau kelompok di atas 60 tahun.

Meski data awal menunjukkan vaksin dosis ke-4 kurang efektif, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, dikutip dari Times Now Israel, mendorong pemberian booster ke-4. Sejak Ahad malam waktu setempat, lebih dari 500 ribu orang Israel sudah menerima dosis ke-4. Penerima dosis ke-4 adalah lansia, pemilik penyakit yang mengganggu imunitas tubuh, dan tenaga kesehatan. Israel mengharapkan pemberian booster ekstra tersebut bisa membantu menekan kasus varian Omicron.

Sekitar dua per tiga dari populasi Israel yang mencapai 9,5 juta jiwa sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin. Sebanyak 4,4 juta penduduk Israel sudah mendapatkan booster menurut data Kementerian Kesehatan.

Upaya untuk menanggulangi varian omicron dilakukan produsen vaksin dunia. Salah satunya dengan mengembangkan vaksin yang didesain untuk bisa menimbulkan perlindungan dari varian omicron.

CEO Moderna Inc Stephane Bancel mengatakan, vaksin Moderna khusus Covid-19 varian omicron akan memasuki tahap pengembangan klinis dalam beberapa minggu ke depan. Ia mengaku dapat memberikan data kepada regulator sekitar bulan Maret 2022.

Baca juga : Varian Berikutnya Setelah Omicron Mungkin Lebih Mengkhawatirkan

"Kami berharap pada Maret dapat memiliki data untuk dibagikan dengan regulator untuk mengetahui langkah selanjutnya," katanya dikutip dari Reuters.

Kemudian, ia melanjutkan, vaksin itu dikembangkan agar masyarakat cukup melakukan satu kali booster secara tahunan. Hal ini untuk menghindari kemungkinan masyarakat yang menolak disuntik dua hingga tiga kali pada musim dingin.

Pfizer mengungkapkan bahwa mereka akan melakukan studi pada manusia mengenai vaksin yang spesifik untuk omicron pada Januari. Bila semua sesuai rencana, vaksin ini akan siap digunakan pada Maret.

Di sisi lain, Juru Bicara Johsnon & Johnson Jake Sargent mengungkapkan bahwa perusahaannya tak memiliki perbaruan terhadap vaksin mereka. Akan tetapi, per November lalu, perusahaan Johnson & Johnson sempat mengutarakan bahwa mereka sedang berupaya membat vaksin spesifik untuk omicron.

Sebelumnya pada Januari CEO Moderna mengatakan, orang mungkin memerlukan suntikan keempat pada musim gugur 2022 karena kemanjuran booster terhadap Covid-19 kemungkinan akan menurun selama beberapa bulan ke depan. Namun, program booster telah bertemu dengan skeptisisme dari beberapa ahli penyakit mengenai apakah dan seberapa luas, dosis tambahan harus tersedia, termasuk regulator obat Uni Eropa, yang telah menyatakan keraguan tentang perlunya dosis booster keempat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement