REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan, kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberi perbedaan besar pada dunia pendidikan tinggi. Lewat MBKM, kata dia, tidak hanya mahasiswa yang diberi kesempatan untuk belajar di luar program studinya, tapi dosen juga punya kesempatan untuk mencari pengalaman di luar kampus.
"Kalau kita tidak melakukan perubahan yang besar atau memukul gong perubahan yang dramatis, kita tidak akan bisa mengejar ketertinggalan," kata Nadiem saat berdialog dengan civitas akademika Universitas Padjadjaran (Unpad) soal MBKM, Senin (17/01), dalam siaran pers, Selasa (18/1).
Nadiem menyampaikan, program MBKM dirancang untuk mendorong pendidikan tinggi Indonesia tidak hanya mampu mengejar ketertinggalan tetapi juga menjadi contoh transformasi pendidikan tinggi bagi negara lain. "Sepuluh tahun lagi orang-orang akan belajar transformasi pendidikan tinggi kita. Kita ingin menulis ulang sejarah transformasi pendidikan kita," kata dia.
Nadiem mengungkapkan, interpretasi tiap mahasiswa bisa berbeda tentang program ini. Menurut dia, ada yang mendefinisikan MBKM agar bisa ikut pertukaran pelajar, ada yang menginterpretasikan sebagai program untuk mendapatkan KIP Kuliah yang sekarang diperbesar untuk program studi mahal, dan yang lainnya.
"Bisa bermacam-macam tetapi itu semua tetap dalam kerangka Kampus Merdeka,” ujar Nadiem.
Terkait jaminan keberlangsungan program, Nadiem mengatakan, program MBKM didesain agar civitas akademika mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut. Karena itu, Nadiem meminta para mahasiswa untuk optimistis untuk terus melakukan gerakan yang menyebarkan manfaat program MBKM.
Dengan adanya gerakan dari mahasiswa, kata dia, program tersebut tidak akan pudar dan susah dihentikan. “Jika banyak universitas yang bikin sendiri program MBKM, pemerintah tidak bisa menghentikannya. Karena itu inovasi yang datang dari universitas itu sendiri,” jelas dia.
Mendikbudristek juga mengungkapkan, jaminan sebuah program berkualitas atau tidak yang menentukan adalah mahasiswa sendiri. Karena di setiap akhir program, selalu ada survei yang perlu diisi dengan jujur oleh mahasiswa untuk memberi umpan balik atas program yang dijalankan.
"Kalau dari kalian memberi rapot merah maka kita akan setop perusahaan itu. Tapi kalau umpan baliknya hijau, tentu kita balik lagi ke perusahaan itu. Jadi kalau kalian tidak suka, kita kecilkan, tapi kalau kalian suka akan kita besarkan programnya,” kata dia.
Salah satu peserta program MBKM Mahasiswa Mengajar, Yoga Asmara, menyatakan apresiasi program MBKM. Menurut mahasiswa Fakultas Hukum itu, MBKM secara konsep program itu sangat ideal bagi mahasiswa. Namun, Yoga melihat masih ada hal-hal teknis dalam pelaksanaan MBKM belum sesuai dengan konsep yang disampaikan.