Rabu 19 Jan 2022 04:45 WIB

Memo Rahasia Ungkap Rencana Besar Bush dan Blair Serang Irak

Bush dan Blair bertemu dan sepakat untuk melakukan serangan ke Irak

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nashih Nashrullah
Agresi Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak pada 2003 (ilustrasi).Bush dan Blair bertemu dan sepakat untuk melakukan serangan ke Irak
Foto: Jarome Delay/ AP
Agresi Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak pada 2003 (ilustrasi).Bush dan Blair bertemu dan sepakat untuk melakukan serangan ke Irak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan Mantan Presiden Amerika Serikat George W Bush pernah melakukan pertemuan di Texas pada April 2002. Pembicaraan mereka pada saat itu tak pernah diketahui hingga saat ini. 

Akan tetapi, kepala penasihat urusan luar negeri Blair pada saat itu, David Manning, sempat membuat catatan rahasia terkait pertemuan itu. Catatan tersebut dikirimkan kepada beberapa pejabat Inggris, termasuk Simon McDonald dan Jonathan Powell. 

Baca Juga

Menurut catatan rahasia yang kini sudah terbuka itu, Bush dan Blair bertemu pada 5-7 April 2002 dan melakukan beberapa percakapan. Manning mengungkapkan bahwa pada 6 April 2002, dirinya dan Powell turut bergabung bersama Bush dan Blair untuk berbincang. 

Sedangkan pada 5 April 2002, Manning menyatakan bahwa Bush dan Blair membahas soal Irak. Meski komando pusat Amerika Serikat tak memiliki rencana untuk perang, sebuah sel kecil di dalam komando pusat Amerika Serikat telah didirikan secara diam-diam untuk mempelajari perencanaan militer. Sekitar 99 persen Central Command US (Centcom) tak mengetahuinya. 

Menurut catatan, Bush bersedia untuk bertemu dengan para ahli strategi Inggris untuk bekerjasama dalam menemukan strategi pemenangan sekaligus menjaga stabilitas regional. Bush tidak begitu peduli mengenai siapa yang akan mengambil alih posisi Saddam Hussein ketika dia digulingkan. 

Mantan presiden tersebut juga merencanakan untuk menempatkan Saddam di garis depan tim inspeksi PBB, untuk menyanggah pengakuan Saddam bahwa dirinya tak terlibat dalam pengembangan senjata pemusnah massal/weapon of mass destruction (WMD). Dia pun menyoroti bahwa waktu untuk mengeksekusi penggulingan Saddam merupakan hal yang penting. 

"Dia tidak ingin meluncurkan operasi apa pun sebelum pemilu kongres Amerika Serikat dilakukan pada musim gugur, jika tidak, dia akan dituduh menghasut perang untuk keuntungan pemilu," ungkap catatan tersebut, seperti dilansir ABNA

Bush dan Blair juga setuju untuk menyoroti rekam jejak HAM Saddam dan risiko program WMD-nya. Strategi Blair akan menjadi hal yang penting dalam mengontrol opini publik Inggris dan membantu Bush lewat aliansi internasional dengan menggambarkan bahwa Saddam telah diberikan kesempatan untuk bersikap kooperatif. 

"Itu juga pandangan Bush, meski dia tak mengatakan ini secara terbuka, bahwa bila rezim sekuler moderat menggantikan Saddam di Irak, ini akan memberikan dampak menguntungkan bagi sebagian kawasan, khususnya Arab Saudi dan Irak," jelas catatan tersebut. 

Bush juga menyatakan keinginannya untuk membuat sebuah koalisi bagi kebijakannya untuk Irak. Hal ini tak sejalan dengan pernyataan American Right bahwa inspektur PBB tidak diperlukan. 

Menurut Bush, Amerika Serikat membutuhkan sebuah koalisi di Irak, terlepas dari apa pun yang dikatakan oleh "orang-orang aneh" di sayap kanan. 

Manning lalu menyimpulkan dalam catatan tersebut, Bush secara tentatif memutuskan bahwa kampanye melawan Irak paling baik dilakukan pada November-Februari. 

Akan tetapi, perencanaan militer belum maju terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa opsi ini baru akan didiskusikan dengan Centcom bila perencanaan telah diselesaikan. 

 

Sumber: abna24     

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement