REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sebanyak 25 ribu liter minyak goreng digelontorkan dalam operasi pasar di Kota Cirebon. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari mulai Selasa (18/1). Kegiatan itu diharapkan bisa membantu masyarakat maupun pedagang kecil yang membutuhkan minyak goreng dengan harga terjangkau.
Operasi pasar itu digelar oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon, di lantai 3 gedung Pusat Grosir Cirebon (PGC). Kegiatan dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Agus Mulyadi.
"Ini merupakan upaya pemerintah pusat untuk intervensi kenaikan harga minyak goreng. Ada 25 ribu liter yang digelontorkan untuk masyarakat Kota Cirebon," ujar Agus.
Minyak goreng yang dijual dalam operasi pasar tersebut merupakan bantuan dari Kementerian Perdagangan. Minyak goreng dijual seharga Rp 14 ribu per liter, jauh lebih murah dibandingkan minyak goreng yang dijual di pasaran yang mencapai Rp 20 ribu per liter.
Namun, masyarakat tidak bisa membeli minyak goreng itu secara bebas. Mereka hanya diperbolehkan membeli minyak goreng paling banyak dua liter per orang. Dengan pembatasan itu, diharapkan minyak goreng terjual secara merata.
Agus mengungkapkan, kenaikan harga minyak goreng dan sejumlah komoditas pangan lainnya, seperti telur, ayam ras dan cabai, telah memicu terjadinya kenaikan inflasi di Kota Cirebon. Bahkan, inflasi pada Desember 2021 di Kota Cirebon cukup tinggi dan hanya satu tingkat di bawah Kota Bogor.
"Inflasi Desember 0,54, lebih tinggi dibandingkan daerah lain, tapi masih dibawah Kota Bogor," ujar Agus.
Sedangkan inflasi tahunan Kota Cirebon mencapai 1,81, atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Jabar yang mencapai 1,69. "Jika Januari 2022 tidak kita intervensi, dikhawatirkan inflasi akan melebihi target," tutur Agus.
Pemerintah, lanjut Agus, selalu berupaya untuk menjaga daya beli masyarakat khususnya yang menyangkut kebutuhan pokok. Untuk itu, operasi pasar digelar selama tiga hari di Kota Cirebon.
Selain minyak goreng, sejumlah komoditas yang dijual dalam operasi pasar itu adalah beras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit merah, gula dan tepung terigu. Semua komoditas pada operasi pasar itu dijual di bawah harga pasaran.
"Ini merupakan kolaborasi bersama untuk menjaga daya beli masyarakat Kota Cirebon," ucap Agus.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon, Maharani Dewi, menjelaskan, selain 25 ribu liter minyak goreng yang dijual dalam operasi pasar itu, pihaknya juga mendapatkan bantuan minyak goreng dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jabar sebanyak 3.600 liter. Minyak goreng itu akan dijual mulai 27 Januari 2022 di kantor DKUKMPP.
"Peruntukkannya juga untuk masyarakat umum dan dijual seharga Rp 14 ribu per liter," terang Maharani.
Sementara itu, Karina, warga Karyamulya, Kota Cirebon mengaku sengaja datang ke operasi pasar untuk membeli sejumlah komoditas. "Terutama minyak goreng. Soalnya kan lebih murah dibandingkan di pasaran," kata dia.
Karina menyebutkan, minyak goreng di pasaran dijual seharga Rp 20 ribu per liter. Meski senang dengan harganya yang lebih murah, namun dia menyayangkan karena pembeliannya dibatasi hanya dua liter per orang.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Sairoh. Dia mengaku, sangat terbantu dengan adanya operasi pasar tersebut. Dia membeli minyak goreng dan cabai rawit merah.
"Pengennya sih sering-sering ada operasi pasar seperti ini. Jadi bisa meringankan beban masyarakat kecil,’’ tandas Sairoh.