REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Masjid di Singapura menyediakan tempat penampungan sementara bagi orang yang kerap tidur di kaki lima dan tunawisma. Masjid Assyakirin, yang berlokasi di Jalan Yung An, Jurong menyediakan ruang aman sebagai bagian dari program Tempat Tidur Aman bagi para Tunawisma.
Masjid ini adalah bagian dari kelompok empat masjid yang bekerja sama dengan jaringan Partners Engaging and Empowering Rough Sleepers (Peers) dan Kementerian Sosial dan Pengembangan Keluarga (MSF), untuk menyediakan tempat penampungan sementara tersebut.
Masjid Assyakirin memulai programnya ini selama masa pemutus rangkaian Covid-19 pada 2020. Seorang lelaki tua telah menghabiskan empat bulan tinggal di luar sebuah tangga di Bukit Gombak, sebelum akhirnya ia dirujuk ke Masjid Assyakirin.
Adapula perawat berusia 76 tahun, Rahman (bukan nama sebenarnya), yang kini menganggur tetapi mengambil pekerjaan seperti menjadi safe distancing ambassador/officer, yang bertugas untuk menegur orang-orang yang melanggar protokol kesehatan yang siaga di berbagai tempat. Ia menjalani pekerjaan itu untuk mencari tambahan uang.
Dia menempati salah satu dari lima tempat tidur di ruang bawah tanah masjid. Selain tempat tidur, pihak masjid juga menyediakan barang-barang dasar seperti perlengkapan mandi, microwave, dan mi instan.
Pada Rabu (19/1/2022), Presiden Halimah Yacob mengunjungi masjid tersebut untuk mempelajari lebih lanjut tentang inisiatif masjid ini dan berbicara dengan beberapa orang yang telah tinggal di sana. Pada kesempatan itu, Halimah mengatakan bahwa program-program ini diluncurkan untuk menjawab tantangan dan masalah nasional.
"Salah satu tantangan nasional utama, tentu saja dengan adanya pandemi, adalah melihat orang-orang tidur di kaki lima di berbagai tempat di Singapura," kata Halimah, dilansir di The Straits Times, Rabu (19/1/2022).
Pada Senin lalu, The Straits Times melaporkan tujuh organisasi menjalankan Program Tidur Aman sebelum Covid-19 melanda, dan jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 40 selama masa pemutus arus Covid-19, termasuk organisasi keagamaan seperti masjid dan gereja. Halimah mengatakan dapur komunitas Masjid Assyakirin, yang menyediakan sembako gratis bagi mereka yang membutuhkan, juga melayani kebutuhan yang terus meningkat.
"Orang-orang mungkin sedang menganggur atau selama pandemi mereka mungkin telah dipotong gajinya, dan ada kekurangan hal-hal tertentu yang Anda butuhkan untuk memasak di rumah atau untuk makan," katanya.
Dapur komunitas gratis itu buka dua kali sepekan pada Senin dan Kamis, dari pukul 10.00 sampai siang dan pukul 14.00 sampai 16.00. Dapur ini telah melayani 3.000 penerima manfaat dan mendistribusikan makanan dan bahan makanan senilai lebih dari 20.000 dolar sejak didirikan pada 2019.
Masjid Assyakirin menerima sumbangan dari mitra seperti The Food Bank Singapore, serta dari masyarakat yang dapat memberikan sumbangan mereka di pintu masuk masjid. Orang-orang dapat mengambil bahan makanan setiap dua pekan sekali, dengan hingga lima item setiap kali untuk penerima non-zakat, dan hingga delapan item untuk penerima zakat.
Kepala kepedulian sosial dan masyarakat di Masjid Assyakirin, Ustadz Muhd Aizat Zulkifli, berharap pekerjaan yang mereka lakukan untuk masyarakat dapat ditiru oleh organisasi lain di seluruh pulau. "Masjid melihat dirinya sebagai uluran tangan atau peran pendukung dalam masyarakat, dan kami ingin menjadi contoh dan mendorong masjid dan organisasi lain untuk melakukan hal yang sama dan memulai inisiatif serupa untuk membantu yang membutuhkan," katanya.