Kamis 20 Jan 2022 03:20 WIB

Omicron Bikin Sistem Kesehatan Australia Babak Belur

Booster vaksin bukan satu-satunya jawaban untuk permasalahan kasus Covid-19 saat ini,

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Adanya varian omicron telah membuat sistem kesehatan Australia babak belur.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Adanya varian omicron telah membuat sistem kesehatan Australia babak belur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengakui, vaksin Covid-19 tambahan (booster) urgen untuk dilakukan karena fatalitas jauh menurun. Namun, adanya varian omicron telah membuat sistem kesehatan Australia babak belur. 

 

Baca Juga

"Omicron buat sistem kesehatan Australia terdampak. Jadi, Indonesia janggap remeh," ujarnya.

 

 Dia mengatakan booster bukan satu-satunya solusi pandemi. Ia mencontohkan cakupan vaksinasi Covid-19 booster di semua negara bagian Aistralia sudah 80 persen dari total penduduk. Namun, ia melihat kondisi ini membuat Australia percaya diri.

 

Bahkan di Queensland yang menutup diri hampir 2 tahun selama pandemi kemudian kini dibuka, aktivitas perjalanan luar negeri juga diperbolehkan. Tak lama sebulan setelah semua akses dibuka, dia melanjutkan, infeksi baru Covid-19 di Australia sebanyak puluhan ribu kasus. 

 

"Ini sesuatu yang tidak dibayangkan. Misalnya di Brisbane Januari lalu, dua kasus delta saja sudah ditetapkan karantina wilayah (lockdown). Tetapi setelah adanya varian omicron, kasus barunya bisa 20 ribu per hari," katanya.

 

Bahkan, dirinya mencatat kematian akibat Covid-19 di Australia selama pandemi hanya sembilan kematian, tetapi setelah omicron terjadi, jumlah pasien Covid-19 yang tidak tertolong bisa 50 per hari. Ia menilai, ini terjadi karena pemerintah Australia sudah longgar dalam upaya meminimalisir Covid-19. Akibatnya, Australia yang kemampuan tes, telusur, tindaklanjut (3T) bagus, kini tak lagi menerima tes Covid-19 karena alatnya habis, kemudian tenaga kesehatannya sakit karena terpapar omicron. 

 

Dicky menjelaskan, di negara kangguru tempatnya menuntut ilmu ini sudah memulai kebijakan vaksin booster 2,5 bulan lalu. Dirinya juga sudah menerima vaksin Covid-19 dosis penuh dan monolog booster.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement