REPUBLIKA.CO.ID, NUR SULTAN - Presiden pendiri Kazakhstan mengatakan pada Selasa bahwa protes mematikan baru-baru ini dilakukan untuk menghancurkan prinsip-prinsip dasar negara, serta integritas negara. Dalam pesan video yang dibagikan oleh juru bicaranya Aidos Ukibay, Nursultan Nazarbayev menyampaikan pidato publik untuk pertama kalinya sejak protes meletus pada 2 Januari, yang mengakibatkan kematian 225 orang.
Mantan presiden Kazakhstan itu mengatakan peristiwa yang terjadi menunjukkan bahwa saling ketergantungan bangsa harus dilindungi, menambahkan bahwa penting untuk mengungkap siapa yang berada di balik serangan dan pembunuhan.
Nazarbayev lebih lanjut mencatat bahwa dia telah menyerahkan kekuasaan kepresidenannya kepada Kassym-Jomart Tokayev pada tahun 2019 dan bahwa dia telah tinggal di ibu kota sejak itu, tidak meninggalkan kota. Dia juga menggarisbawahi bahwa tidak ada konfrontasi atau konflik di antara elite negara.
Menekankan dirinya telah melayani Kazakhstan selama tiga dekade dan melakukan reformasi progresif sambil mendirikan negara merdeka, Nazarbayev mencatat Presiden Tokayev juga telah meluncurkan langkah menuju reformasi baru yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan publik dan ini harus didukung.
Protes pecah pada 2 Januari ketika pengemudi mengadakan demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar di kota Zhanaozen di Mangystau, yang kemudian menyebar ke kota Aktau. Tokayev meminta bantuan blok militer yang dipimpin Rusia, Collective Security Treaty Organization (CSTO).
Pasukan penjaga perdamaian dari Rusia, Belarus, Armenia, dan Tajikistan segera tiba dan mendukung penegakan hukum di Kazakhstan untuk memulihkan ketertiban.