REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior Chatib Basri mengatakan, pola pemulihan ekonomi antara negara maju seperti Amerika Serikat, negara emerging market seperti Indonesia, dan negara berpendapatan rendah seperti Afrika berbeda. Perbedaan itu ditentukan oleh vaksinasi.
"Negara yang punya akses vaksin lebih besar kurvanya (pemulihan ekonomi) seperti huruf V. Ini menunjukkan hubungan positif antara vaksinasi dengan pemulihan ekonomi," ujar mantan menteri keuangan tersebut dalam diskusi daring bertema Menatap Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (19/1).
Maka, kata dia, perekonomian ditentukan dengan kondisi kesehatan. "Kali ini satu dari sedikit krisis ekonomi yang pemulihannya bergantung menteri kesehatan dan bukan menteri ekonomi," katanya.
Ia melanjutkan, pemulihan ekonomi nasional sangat bergantung pula dengan mobilitas. Hal itu karena setiap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan, ekonomi pasti kolaps.
"Jadi, dorong produksi atau konsumsi dahulu, jawabannya dua-duanya. Kalau pemerintah dorong investasi dengan tax insentif, perusahaan akan investasi, serap tenaga kerja, ada income, lalu spend, ekonomi jalan," ujarnya.
Sementara, ujar dia, bila BLT (bantuan langsung tunai) digencarkan, permintaan naik dan dunia usaha berinvestasi untuk memenuhinya, ekonomi pun bisa jalan. "Jadi, perlu stimulus fiskal, bukan monetary policy, buat dulu permintaannya," kata Chatib.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tahun ini sulit diprediksi dalam bentuk angka. Hal itu karena masih ada variabel yang tidak bisa dikontrol yakni pandemi.
"Namun, jika lihat indikasinya, 2022 akan lebih baik. Kalau 2021 kita menyentuh (pertumbuhan ekonomi) 3,7 persen, tahun ini kita bisa bicara sekitar di atas 5 persen," ujar dia.