Kamis 20 Jan 2022 12:12 WIB

Korut Bakal Lanjutkan Uji Coba Nuklir dan Rudal

Ketegangan meningkat karena serangkaian uji coba rudal Korut belum lama ini.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Esthi Maharani
Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara menunjukkan pelepasan tembakan rudal pemandu taktis, Senin (17/1/2022).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara menunjukkan pelepasan tembakan rudal pemandu taktis, Senin (17/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Korea Utara (Korut) bakal memperkuat pertahanannya melawan Amerika Serikat (AS) hingga mempertimbangkan untuk memulai kembali semua kegiatan yang ditangguhkan sementara. Hal ini termuat dalam laporan oleh media resmi pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA) pada Kamis (20/1/2022) waktu setempat yang merujuk pada moratorium untuk pengujian senjata nuklir dan rudal jarak jauh Korut.

"Pemimpin Korut Kim Jong-un mengadakan pertemuan politbiro kuat Partai Buruh yang berkuasa pada hari Rabu (19/1/2022) untuk membahas masalah kebijakan penting termasuk tindakan balasan atas kebijakan AS yang bermusuhan," tulis laporan KCNA.

Baca Juga

KCNA menambahkan bahwa politbiro memerintahkan pertimbangan ulang langkah-langkah membangun kepercayaan. Pihaknya juga segera memeriksa masalah untuk memulai kembali semua kegiatan yang ditangguhkan sementara, sambil menyerukan segera memperkuat sarana fisik yang lebih kuat.

Keputusan politbiro tampaknya merupakan langkah di luar pernyataan Kim pada akhir 2019 bahwa ia tidak akan lagi terikat oleh moratorium pengujian hulu ledak nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM). Itu dikatakan Kim setelah Amerika Serikat (AS) tidak mendapatkan tanggapan dari seruan konsesi untuk membuka kembali negosiasi.

Laporan KCNA juga mengatakan bahwa kebijakan dan ancaman militer Washington telah mencapai garis bahaya. Ini mengutip latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, penyebaran senjata strategis AS yang mutakhir di kawasan itu, dan penerapan sanksi independen dan PBB.

"Kita harus membuat persiapan yang lebih menyeluruh untuk konfrontasi jangka panjang dengan imperialis AS," politbiro itu menyimpulkan.

Ketegangan meningkat karena serangkaian uji coba rudal Korut belum lama ini. Dorongan AS untuk sanksi baru diikuti oleh reaksi panas dari Pyongyang, meningkatkan momok kembalinya ke periode yang disebut ancaman "api dan amarah" tahun 2017.

Sementara itu Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Biden tidak menyebutkan Korut selama hampir dua jam konferensi pers pada Rabu yang diadakan untuk menandai tahun pertamanya menjabat.

"Kita harus bersiap untuk lebih banyak pertempuran pedang yang dirancang untuk menciptakan suasana seperti perang – dan mungkin lebih banyak pengujian provokasi," kata seorang dosen di Wilson Center yang berbasis di Washington, Jean Lee.

Menurutnya, Kim akan menggunakan setiap kesempatan untuk membenarkan pengujian senjata lebih lanjut. Seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul Yang Moo-jin menilai Korut bisa saja dapat menguji coba rudal jarak jauh atau senjata ampuh lainnya tepat pada waktunya untuk peringatan ke-80 dan 110 dari ulang tahun mendiang ayah dan kakek Kim pada Februari dan April, keduanya hari libur besar di negara itu, kata Yang Moo-jin.

"Mungkin situasinya bisa kembali ke lingkaran setan provokasi dan sanksi yang kita lihat pada 2017," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement