REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan darah tinggi atau hipertensi kerap dijuluki sebagai pembunuh diam-diam karena sering kali tanpa gejala. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, serangan jantung, strok, penyakit ginjal, bahkan demensia vaskular.
Satu-satunya cara untuk mengetahui tekanan darah adalah menggunakan alat pengukur tekanan darah. Namun dalam beberapa kasus, hipertensi mungkin bisa dilihat dari enam tanda peringatan.
Menurut British Heart Foundation, gejala tekanan darah tinggi meliputi penglihatan kabur, mimisan, sesak napas, nyeri dada, pusing, dan sakit kepala. Tidak hanya itu, gaya hidup tidak sehat seperti merokok, obesitas, dan banyak minum alkohol juga berisiko mengalami hipertensi.
Dilansir di laman Express, Kamis (20/1), National Health Service (NHS) juga merekomendasikan siapapun yang berusia 40 tahun ke atas untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap lima tahun. Menurut NHS, faktor gaya hidup lain yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi meliputi makan terlalu banyak garam dan tidak cukup makan buah dan sayuran; tidak cukup berolahraga; terlalu banyak minum alkohol dan berbasis kafein seperti kopi; merokok; kurang tidur; berusia di atas 65 tahun; memiliki riwayat keluarga yang hipertensi; dan keturunan black African atau Karibia.
Lalu, apakah yang dimaksud dengan pembacaan tekanan darah yang sehat? Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg) dan dibagi ke dalam dua jenis angka, yaitu sistolik dan diastolik.
Tekanan sistolik adalah angka yang ada di atas. Ini menunjukkan tekanan ketika jantung Anda memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara diastolik adalah angka yang ada di bawah.
Ini merupakan tekanan ketika jantung dalam keadaan istirahat tepatnya saat pengisian darah ke jantung. Tekanan darah tinggi dianggap lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Adapun tekanan darah rendah kurang, umumnya ketika tekanan darah di bawah 90/60 mmHg.