Kamis 20 Jan 2022 14:15 WIB

Menyayangkan Garis Hidup Seorang Robinho, Raja Gocek yang Kini Dihukum Penjara

Pele sempat menyanjung Robinho sebagai calon penerusnya.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Robinho saat berseragam AC Milan.
Foto: Marco Vasini
Robinho saat berseragam AC Milan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Frederikus Bata

Pada 1999, legenda sepak bola Brasil, Pele menyebut satu nama yang bakal menjadi suksesornya. Dia adalah Robinho.

Baca Juga

Saat itu, sosok bernama lengkap Robson de Souza ini masih berusia 15 tahun. Ia digadang-gadang bakal menjadi bintang besar negeri samba di masa depan. Pria kelahiran Sao Paulo itu memiliki keterampilan menggiring bola dan akselerasi mumpuni.

Selanjutnya pada 2002 hingga 2005, Robinho menembus tim utama Santos. Selama empat musim memperkuat Alvinegro, ia mencetak 81 gol dari 180 penampilan. Jumlah yang cukup banyak untuk seorang jugador muda. 

Alhasil, yang bersangkutan mulai dilirik tim-tim Eropa. Pada Juli 2005, Robinho resmi bergabung dengan Real Madrid. Belum apa-apa ia sudah menjadi bagian dari tim terbesar di benua biru.

Demi mendapatkan Robinho, El Real mengeluarkan dana 24 juta euro. Presiden Los Blancos, Florentino Perez meyakini kubunya telah membuat keputusan bijaksana. Mereka mendatangkan seorang jugador belia  yang menjadi buah bibir saat itu.

"Dia baru berusia 21 tahun, tapi dia berperilaku seperti telah berumur 45 tahun," kata Perez, mengagumi kedewasaan Robinho saat itu, dikutip dari Sky Sports.

Berjalannya waktu, sang wonderkid menunjukkan tajinya. Berkat kegemilangannya di Santiago Bernabeu, ia masuk nominasi calon pemenang Ballon d'Or dan Pemain Terbaik FIFA pada musim 2007/08. 

Kemudian pada September 2008, ia bergabung dengan Manchester City. Saat itu, City baru membangun dinastinya. Demi mendapatkan Robinho, klub Inggris itu menyerahkan 32,5 juta poudsterling pada Madrid.

Sosok yang bisa bermain di berbagai posisi di lini depan ini sempat dikaitkan dengan Chelsea. Pada akhirnya ia berlabuh di Etihad Stadium. Dalam sebuah wawancara dengan the Guardian, Robinho mengatakan, kehadiran rekan senegaranya di skuat biru langit, Jo dan Elano, memengaruhi keputusannya untuk memperkuat klub tersebut.

Robinho sedang bagus-bagusnya. Ia seakan menjadi momok bagi pertahanan lawan. Pelatih Manchester United saat itu, Sir Alex Ferguson menilai dana besar yang dikeluarkan City, sepadan dengan keahlian jugador Samba itu.

"Ketenangan dan keberaniannya, benar-benar brilian. Dia menghasilkan momen yang tidak dapat dilakukan orang lain," ujar Fergie, dikutip dari Sky Sports.

Semuanya berjalan baik pada musim perdananya di Etihad. Robinho tampil dalam 41 pertandingan di berbagai ajang. Selama periode tersebut, ia mencetak 15 gol.

Situasi berbeda pada musim keduanya di Inggris. Sosok yang lebih aktif bergerak dari sayap ini hanya membobol gawang lawan dalam satu kesempatan setelah mentas di 12 laga. Cedera membuatnya sempat absen selama tiga bulan.

Rupanya itu menjadi penanda penurunan performa Robinho. City bergerak cepat. Mereka meminjamkannya ke Santos. Sang penyerang tak benar-benar kembali seperti di era emasnya.

Dari Santos, Robinho menuju Italia. Ia bergabung dengan AC Milan pada Agustus 2010. Ia sempat menunjukkan kebangkitan dalam dua musim perdananya di San Siro. Terbukti, yang bersangkutan mencetak 25 gol dari 95 laga. 

Kemudian petaka kembali menimpanya. Pada Juli 2013, Robinho mengalami cedera pangkal paha. Empat bulan kemudian, ia mengalami dislokasi bahu. Itu menjadi penyebab akhir petualangan di Italia. 

Setelahnya Robinho menuju Guangzhao Evergrande, Atletico Miniero, Sivasspor, dan Istanbul Basaksehir. Fakta menunjukkan, ia menjadi juara di Spanyol dan Italia. Tapi nama besarnya untuk Brasil tak pernah menyamai pencapaian Ronaldo Nazario, Ronaldinho, Kaka, apalagi Pele.

Bersama Selecao, prestasi terbaiknya cuma membawa negaranya menjuarai Copa America 2007. Bukan hanya dari sisi teknis dan catatan trofi. Robinho berada jauh di belakang para legenda Samba dalam hal mentalitas di luar lapangan. 

Teranyar, sosok yang kini berusia 37 tahun itu harus berurusan dengan pihak berwenang. Ia dan rekannya, Ricardo Falco, divonis sembilan tahun penjara oleh pengadilan kasasi di Roma. Keputusan ini sudah inkrah lantaran banding terakhirnya ditolak. Situasi bermula ketika Robinho dan sejumlah kawanannya melakukan pemerkosaan terhadap seorang perempuan Albania di sebuah klub malam di Milan, pada 22 Januari 2013.

Saat itu, ia masih bersegaram Rossoneri. Proses hukum berlangsung. Pada 2017, vonis sembilan tahun penjara terhadap Robinho sudah dijatuhkan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, ia terus mengajukan banding, dan akhirnya kalah. 

Brasil tak mengizinkan warga negaranya untuk diekstradisi. Oleh karenanya, pengadilan Italia bisa meminta transfer hukuman ke sistem peradilan negeri Samba. Status narapidana bakal menjadi bagian dari perjalanan hidup Robinho, selanjutnya.

Keadaan ini, semakin menjauhkan sang penyerang dari kategori bintang sepak bola Brasil. Ia hanya bisa menatap gemerlap nama-nama besar seperti Pele, Ronaldo '9', Romaria, Cafu, Roberto Carlos, Dani Alves, dari dinding terpisah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement