Kamis 20 Jan 2022 14:57 WIB

Kontroversi Arteria Dahlan, Emil: Bicaralah yang Baik atau Diam

Pejabat publik agar mengurangi gestur yang berpotensi menimbulkan pertengkaran.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat - Ridwan Kamil.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Gubernur Jawa Barat - Ridwan Kamil.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kembali angkat bicara menanggapi pernyataan anggota DPR Arteria Dahlan yang dinilai mengusik warga Sunda. Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, mengingatkan, agar pejabat publik mengurangi gestur yang berpotensi menimbulkan pertengkaran.

Menurutnya, daripada berbicara yang justru menimbulkan polemik, lebih baik diam. "Jadi, kurangi potensi pertengkaran. Bicaralah yang baik atau diam. Itu harus ditunjukkan semua pemimpin atau individu," kata Emil di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/1/2022).

Baca Juga

Kang Emil pun mengingatkan, ketika seseorang menimbulkan kesalahpahaman, akan lebih mulia jika yang bersangkitan menyampaikan permohonan maaf. Permohonan maaf yang dilayangkan disebutnya akan menunjukkan kebesaran jiwa seseorang. 

"Itu akan menunjukkan kebesaran seorang individu. Kita ini masyarakat timur yang semuanya silaturahmi, tidak mahal meminta maaf itu," kata Emil.

Seperti diketahui, pernyataan politikus PDIP Arteria Dahlan yang meminta seorang Kepala Kejaksaan Tinggi dicopot karena berbahasa Sunda dalam rapat resmi, memicu polemik publik. Termasuk dari budayawan, seniman, dan masyarakat Sunda yang tergabung pada Koalisi Masyarakat Penutur Bahasa Sunda. Mereka mengaku kecewa dengan pernyataan anggota DPR RI tersebut.

"Kita menuntut pertama DPP PDI menarik Arteria Dahlan dari keanggotaannya di DPR RI, PAW lah. Saya tidak tahu mekanisme seperti apa yang penting kalau PDIP memikirkan masa depannya memikirkan partainya terutama di Jawa Barat dan tatar Sunda dia harus mencopot Arteria Dahlan," ujar Koordinator Koalisi Masyarakat Penutur Bahasa Sunda Cecep Burdansyah.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement